
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Wakil Gubernur Seno Aji, menegaskan bahwa petani rakyat memiliki peran yang sangat strategis dalam ekosistem industri kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Dibeberkan Seno Aji, kontribusi petani dalam produksi Crude Palm Oil (CPO) mencapai 20 persen dari total produksi tahunan provinsi, atau sekitar satu juta ton per tahun.
“Dari sekitar 5 juta ton CPO yang kita hasilkan setiap tahun, 20 persennya berasal dari petani rakyat, baik itu mandiri maupun melalui pola kemitraan plasma. Ini kontribusi nyata yang sangat besar,” ujarnya, Sabtu (17/5).
Menurutnya, industri sawit Kaltim saat ini berdiri di atas fondasi lahan seluas 1,4 juta hektare yang sudah tertanam dari total sekitar 2 juta hektare yang telah diberikan izin, baik kepada perusahaan maupun masyarakat. Luas tersebut menghasilkan 21 juta ton tandan buah segar (TBS) per tahun.
Dengan harga TBS yang saat ini berada di kisaran Rp3.200 per kilogram, Seno Aji pun memperkirakan potensi perputaran uang dari industri sawit di Kaltim bisa mencapai lebih dari Rp67,2 triliun per tahun.
“Bayangkan, 21 juta ton dikali Rp3.200 per kilogram. Itu artinya sekitar Rp67,2 triliun omzet sawit berputar tiap tahun di Kaltim. Dari 21 juta ton menghasilkan kurang lebih 5 juta CPO. 20 persen dari 5 juta ini hasil dari petani rakyat,” paparnya.
Seno Aji juga menyoroti perubahan kondisi kesejahteraan para petani dalam dua dekade terakhir. Ia mengenang saat dirinya masih duduk di DPRD dan harga TBS sempat jatuh di bawah Rp1.000 per kilogram. Kala itu, banyak petani mengadu ke DPRD untuk meminta bantuan pemerintah agar dapat bertahan.
“Kita bantu pupuk, bantu bibit, supaya biaya produksi mereka bisa ditekan. Tapi sekarang, dengan harga Rp3.200, tentu keuntungan petani jauh lebih besar,” jelasnya.
Meski tidak lagi datang untuk mengadu, Seno menyampaikan dengan nada canda bahwa kini pun tak ada petani yang datang untuk sekadar menyampaikan terima kasih.
“Ucapan terima kasih pun enggak ada. Tapi tidak apa-apa. Sebab fungsi lembaga legislatif maupun eksekutif itu untuk mensejahterakan rakyat,” katanya, disambut gelak tawa hadirin.
Orang nomor dua di Kaltim itu menekankan bahwa kesejahteraan petani sawit menjadi faktor penting dalam menurunkan angka kemiskinan, sekaligus membuka lapangan kerja baru. Menurutnya, dengan harga sawit yang menguntungkan, potensi pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan bisa semakin kuat.
Di sisi lain, pemerintah provinsi juga terus mendorong sinergi antara berbagai pihak seperti petani, asosiasi, dan sektor industri, termasuk dalam penyediaan pupuk.
“Kami akan terus bekerja sama dengan produsen pupuk di Kaltim agar kebutuhan petani, khususnya petani sawit, bisa tercukupi secara berkelanjutan,” terangnya.
Ia juga mendorong agar Forum Petani Kelapa Sawit (FPKS) menjadi kekuatan kolektif petani dalam menghadapi dinamika pasar dan kebijakan industri.
“Saya tidak tahu persis berapa minimal atau maksimal luas kebun yang bisa membuat seseorang jadi anggota FPKS. Tapi yang pasti, forum seperti ini penting agar suara petani lebih terdengar dan perlindungan mereka lebih kuat,” tutupnya.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim
Tag: CPOSawit