2019, Kemendikbud Revitalisasi 280 SMK

aa
Muhadjir Effendy.

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan merevitalisasi 280 sekolah menengah kejuruan (SMK) pada 2019. Hal ini merupakan lanjutan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan vokasional tersebut.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, perbaikan ini dilakukan sejak 2017 seiring terbitnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016. Hingga saat ini, SMK yang sudah direvitalisasi sebanyak 2.300 dari jumlah se-Indonesia yang mencapai 13.000. “Di Jawa Barat baru 21. Memang masih banyak yang belum,” katanya saat mengunjungi SMK Negeri 9 Kota Bandung, Kamis (21/2).

Setiap SMK yang direvitalisasi akan mendapat bantuan dari pemerintah rata-rata Rp10 miliar-Rp11 miliar. “Kemarin di Semarang ada yang Rp7 miliar, karena SMK-nya sudah bagus,” katanya. Melalui revitalisasi ini, lanjut dia, SMK akan mendapat berbagai bantuan terutama menyangkut peralatan dan fasilitas praktik. Selain itu, kurikulum pun turut diperbaiki dengan melibatkan pelaku usaha. “Pelaku usaha dan industri sebagai partner, bahkan mengirimkan tenaga ahli untuk mengajar di SMK,” katanya.

Dengan menggandeng pihak luar itu, diharapkan siswa SMK bisa memenuhi standard yang dibutuhkan pelaku usaha  dan industri. Dalam penyusunan kurikulum, pelaku usaha dan industri pun turut dilibatkan. “Pemerintah mengubah strategi, dari supply side jadi demand side. Dulu penyiapan guru, peralatan, atas dasar persepsi kita, bukan kebutuhan lapangan kerja. Sekarang kita serahkan sesuai kebutuhan usaha,” katanya.

Melalui revitalisasi ini, dia berharap dalam tiga tahun ke depan tidak akan banyak lulusan SMK yang menganggur. “Kita berharap 2-3 tahun ke depan akan mulai kelihatan hasil revitalisasi ini. Kita harap serapannya di atas 80%. Kita berharap semakin kecil jumlah siswa SMK yang menganggur,” katanya.

Selain siswa SMK yang disiapkan menjadi tenaga kerja, Menteri juga berharap produk-produk yang dihasilkan SMK sudah sesuai dengan standar yang dibutuhkan mitra. “Produk-produk SMK sudah terstandardisasi, sesuai yang diberlakukan mitra. Produk-produknya juga bisa dipasarkan melalui jaringan mitra, pelaku usaha,” katanya. Dengan demikian, dia meminta pelatihan-pelatihan siswa SMK dilakukan terhadap hal-hal yang nyata.

“Teaching factory anak-anak tak boleh mainan, tapi yang hasilnya sesuai standard industri usaha. Produknya harus dijamin bisa dipasarkan, paling tidak melalui dunia usaha,” katanya seraya menyebut siswa SMK pun harus disertifikasi.

Tidak hanya itu, menurutnya pemerintah pun akan mencarikan investor untuk memaksimalkan lini usaha yang dihasilkan SMK. “Misalkan untuk jurusan perhotelan, kami carikan perusahaan perhotelan untuk praktiknya. Kita juga carikan investor untuk bisa membangun hotel yang bisa digunakan untuk praktik siswa SMK,” katanya.

Sumber: Media Indonesia