3 Guru Berhenti, 1 Guru Mengajar Enam Kelas Berbeda

murid
Murid SD Fillalial di Kampung Samaendre Semaja, Sei Menggaris tanpa baju seragam. (budi anshori)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA- Tiga guru  honor di sekolah filial SDN 04 Desa Kandungan di  Desa Samaendre Semaja, Kecamatan Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara  sepakat berhenti sebagai tenaga pengajar honorer. Ketiganya merasa tidak lagi mampu mengajar karena tidak pernah diberikan honorarium. Dampak dari berhentinya 3 guru itu, kini satu guru honorer yang sedang hamil tua mengajar di enam kelas berbeda.

Sekolah filial di Desa Samaendre Semaja memiliki  murid sebanyak 65 orang, terdiri dari Kelas I-VI. Karena keterbatasan ruang kelas belajar (RKB), yakni hanya ada 2 kelas, maka murid Kelas I, II, dan III digabung dalam satu ruang kelas, sisanya Kelas IV, V dan IV  juga disatukan dalam satu ruang kelas.

Murid di SD Filial Samaendre Semaja sebagian besar adalah anak-anak buruh sawit, orang tuanya hidupnya susah tapi  keinginan menyekolahkan anaknya sangat kuat. Rincian 65 murid yang ada adalah Kelas I sebanyak 12, Kelas II (16), Kelas III (9), Kelas IV  (11), Kelas V (14),  dan Kelas VI sebanyak 3 orang.

Sebelum guru honorer berhenti, proses  belajar mengajar berjalan  normal layaknya sekolah negeri, tapi sejak awal tahun 2017, dimana Pemkab Nunukan tidak memberikan honor atau gaji untuk guru honorer, tiga orang guru berhenti. Alhasil, di sekolah filial ini sekarang ini hanya tinggal satu orang guru yang mengajar.  Guru yang masih mengajar saat ini juga mulai mengeluh tidak enak badan karena sedang hamil tua.

“Kegian belajar mulai terganggu dan beberapa murid ada yang berhenti atau dipindahkan orang tuanya ke sekolah lain,” kata Kepala Desa Samaendre Semaja, Faridah menuturkan. Sekolah filial Samaendre Semaja sangat diperlukan karena jaraknya dengan sekolah induk SDN 04 Desa Kandungan. “Kalau anak-anak bersekolah ke SDN 04, maka harus berjalan kaki 8 kilometer,” kata Faridah.

Menurut Faridah,  guru honorer mengeluh  tidak mendapat honor mengajar dari Pemkab Nunukan, padahal guru tersebut  juga perlu  makan dan minum. Keluhan guru honor itu, lanjutnya,  pernah disampaikan ke Disdik  Kabupaten Nunukan, tapi janji guru m=akan menerima honor melali transfer tak pernah terwujud. “Pernah diminta rekening untuk transper gaji, tapi ya itulah, tidak pernah ada masuk direkening,” ujarnya.

Saat ini dengan satu guru yang tersisa,  proses belajar mengajar tidak fokus, apa lagi kondisi sedang hamil tua. “Sendiri mengajar murid dari Kleas I sampai Kelas VI, pasti berat,” kata Kades Faridah.  Karena ketiadaan guru, banyak orang tua murid memberhentikan anak-anak mereka sekolah, dan sebagian pindah ke sekolah lain yang jarak tempuhnya sangat jauh. “Sebagian murid lagi pindah ke sekolah Nunukan dengan cara menginap di rumah-rumah keluarga,” paparnya. (002)

Tag: