9 Daerah di Kaltim Rawat 50 Pasien COVID-19

Ilustrasi ruang perawatan isolasi Tulip di RSUD AW Sjahrani Samarinda, Senin (27/1/2020). Pasien COVID-19 hingga Minggu (16/1/2022) menjadi 50 orang setelah bertambah 3 kasus dari Sabtu. Itu menunjukkan potensi penularan masih terjadi. (Foto : arsip/Niaga Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Sembilan kabupaten dan kota di Kalimantan Timur memiliki 50 kasus aktif atau pasien COVID-19 pada laporan Minggu, naik 3 kasus dari hari Sabtu. Hanya kabupaten Mahakam Ulu yang tidak memiliki kasus aktif.

Satgas COVID-19 Kalimantan Timur melaporkan Kabupaten Berau merawat 11 pasien COVID-19. Berikutnya kota Balikpapan 9 pasien, kota Samarinda 8 pasien, Kutai Barat 7 pasien, Kutai Timur 6 pasien, kota Bontang 4 pasien, Kutai Kartanegara 3 pasien, serta Paser dan Penajam Paser Utara masing-masing merawat 1 pasien.

Kondisi itu menjadikan kabupaten Mahakam Ulu satu-satunya masih di zona hijau sejak Sabtu. Sembilan daerah lainnya masuk zona kuning. Di mana, Satgas mengklasifikasikan zona kuning memiliki 1-25 kasus aktif COVID-19.

Penambahan 4 kasus infeksi COVID-19 pada laporan Minggu, menjadikan Kalimantan Timur memiliki 158.397 kasus infeksi sejak awal pandemi. Di mana ada 152.892 orang di antaranya sembuh. Tidak ada angka kematian baru tetap 5.455 orang meninggal akibat COVID-19, setelah bertambah 3 kasus kematian dalam dua pekan sejak awal Januari.

Empat kasus infeksi baru yang dilaporkan Satgas berasal dari Kutai Timur 2 kasus dan dua kasus infeksi lainnya dari kota Samarinda.

Info grafis kasus COVID-19 Kalimantan Timur pada laporan Minggu (16/1/2022). (Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur)

Sedangkan mereka yang tengah menunggu hasil pemeriksaan laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) hingga Minggu ada 8.280 orang, turun 631 dari 8.911 orang pada hari Sabtu. Di antaranya, dua kota di Kalimantan Timur, Balikpapan dan Samarinda, melaporkan lebih 2.000 orang yang menunggu hasil PCR.

Juru Bicara Satgas COVID-19 Kalimantan Timur Andi Muhammad Ishak telah mengingatkan agar ledakan kasus seperti terjadi Juli-Agustus 2021 lalu tidak terulang.

“Biar bagaimanapun, ini kan virus. Yang kita jaga jangan sampai terjadi lagi ledakan kasus. Sehingga mengakibatkan ketidakmampuan fasilitas kesehatan kita,” kata Andi.

“Artinya, dengan kasus harian yang ada, potensi penularan masih ada. Mereka yang tidak kemana-kemana, berpotensi tertular dari orang yang datang dari luar. Selain itu kondisi sekarang kerumunan semakin banyak, kepatuhan jaga jarak juga semakin turun. Itu mesti jadi kewaspadaan bersama,” demikian Andi.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: