
BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA — Antrean panjang pembelian bahan bakar minyak (BBM) di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Kota Balikpapan masih terjadi.
Merespon dan mengatasi persoalan tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan mengirimkan surat permohonan kepada PT Pertamina Pusat untuk menambah SPBU.
“Surat permohonan akan disampaikan langsung oleh Wali Kota Balikpapan kepada pihak Pertamina. Memohon pertambahan SPBU. Jadi bukan hanya dari PT Pertamina tetapi dari Pemkot juga memohon,” kata Kepala Bagian Perekonomian Setda Kota Balikpapan, Sri Hartini Anugraha, Senin (15/1).
Penambahan SPBU sangat diperlukan, karena jumlah SPBU yang ada saat ini hanya 14 unit, tidak sebanding dengan jumlah penduduk dan kendaraan di Kota Balikpapan.
Apalagi, sebagai penyangga Ibu Kota Negara (IKN) Kaltim, penduduk dan kendaraan di Kota Balikpapan semakin bertambah.
“Penduduk di Kota Balikpapan menuju satu juta penduduk. Jadi SPBU kita kurang sekali,” ungkapnya.
Di sisi lain, banyaknya kendaraan dari luar Balikpapan yang masuk ke Balikpapan akibat pembangunan IKN juga berdampak pada pasokan BBM.
“Mereka menyedot kuota yang harusnya untuk warga Balikpapan. Kami berharap adanya surat permohonan, Pertamina dapat segera menambah jumlah SPBU,” pungkasnya.
Investasi terkendala harga tanah mahal
Sebelumnya, Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra, mengungkapkan, Dalam rangka mengatasi kemacetan lalulintas yang disebabkan panjangnya antrean kendaraan hendak mengisi BBM di SPBU-SPBU di Balikpapan, Pertamina sudah memulai membangun satu unit SPBU baru dan mengubah SPBG di Muara Rapak menjadi SPBU.
Pembangunan SPBU yang baru di Jalan MT Haryono dekat tanjakan Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) kini dalam proses pengerjaan. Selain itu, Pertamina berencana mengubah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Muara Rapak menjadi SPBU.
“Masih didiskusikan, bagaimana caranya agar tahun depan SPBG di Muara Rapak menjadi SPBU,” kata Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra, Jumat (1/12).
Jika SPBG tersebut menjadi SPBU, lanjut Arya, akan sangat membantu. Karena jumlah SPBU di Balikpapan saat ini hanya 14, sedangkan di Kota Samarinda ada 30 SPBU.
Sementara untuk membangun SPBU baru membutuhkan waktu. Satu tahun mengurus izin, satu tahun lagi pembangunannya. Kemudian butuh investor yang mau menanamkan modal. Namun harga tanah yang cukup mahal membuat investor berpikir ulang. Di kawasan perkotaan saja, harga tanah bisa mencapai Rp 7 juta per meter.
“Sebenarnya kalau harga tanahnya gak mahal, banyak investor yang mau. Tapi kita lihat, sepi juga peminatnya. Apalagi cukup lama untuk balik modal. Investor juga lebih banyak fokus ke IKN,” tutur Arya.
Pertamina bersama pihak terkait seperti Pemkot Balikpapan dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) terus mendiskusi perihal penambahan SPBU. Termasuk kuota BBM untuk Balikpapan pada 2024.
“Kalau enggak ditambah SPBU ini, kita khawatir dua tahun ke depan antrean tambah panjang. Kita terus mendiskusikan perihal ini dengan pihak terkait lainnya,” kata Arya.
Masih dalam rangka mengatasi kemacetan lalulintas di depan SPBU, pertengahan bulan lalu melakukan perubahan tempat penjualan Pertalite. Pertamina Patra Niaga menetapkan SPBU Stalkuda dan Sepinggan hanya menjual Pertalite untuk kendaraan roda dua. Sedangkan kendaraan roda empat dapat mengisi Pertalite di SPBU MT Haryono Dam dan SPBU Gunung Guntur.
Penulis : Heri | Editor : Intoniswan
Tag: SPBU