
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Pemkot Samarinda melalui Dinas Perhubungan (Dishub) mengungkap sederetan kesulitan menata persoalan parkir di Samarinda.
Kepala Dishub Samarinda Hotmarulitua Manalu mengungkapkan beberapa faktor yang menjadi penghambat, salah satunya adalah sulitnya penerapan parkir elektronik (e-parking) di tepi jalan.
“Ketika ruang parkir yang ada malah dijadikan tempat dagangan, masyarakat pasti akan datang dan tidak mau mencari ruang parkir lain, sehingga mereka parkir di tepi jalan dan trotoar. Akhirnya muncul lah juru parkir (jukir) liar yang memanfaatkan peluang itu,” kata Manalu pada Senin 25 Maret 2024.
Manalu mengakui bahwa e-parking hanya bisa maksimal dijalankan di dalam suatu ruang atau gedung parkir saja.
“Uji coba di Jalan Pangeran Diponegoro dan di Jalan Gajah Mada tahun lalu juga tidak menunjukkan hasil yang optimal. Masyarakat malah enggan menggunakan e-parking,” ujar Manalu.
Manalu menerangkan penerapan e-parking di pusat perbelanjaan pun belum bisa berjalan maksimal seperti di Balikpapan Super Block (BSB) dan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (SAMS) Balikpapan.
“Kalau memang mau terapkan e-parking ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi masyarakatnya juga yang harus terbiasa,” ujar Manalu.
Kemudian terkait bahwa perbandingan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor parkir di Samarinda dan Jakarta dalam hal e-parking, dinilainya tidak relevan.
Baca juga : Perparkiran di Samarinda, Pengamat: PR Andi Harun Tidak Kunjung Beres
“Kalau bicara soal PAD Samarinda dibandingkan dengan PAD Jakarta, itu tidak apple to apple. Jakarta luas berbeda Samarinda dan di sana juga tidak melangsungkan e-parking tepi jalan,” ungkap Manalu.
Sebagai solusi jangka pendek, Dishub Samarinda akhirnya mengeluarkan kebijakan parkir berlangganan untuk meminimalisir keberadaan jukir liar.
“Karena sudah merasa berlangganan parkir, masyarakat juga harus tegas dan berani untuk tidak memberi ke Jukir. Kami juga ada Satgas parkir. Kalau masyarakat yang sudah berlangganan tapi masih dipungut, langsung lapor ke kami untuk ditindaklanjuti,” jelas Manalu.
Selain minimnya lahan parkir dan kebiasaan masyarakat untuk memarkirkan kendaraannya di tepi jalan, Manalu bilang terdapat faktor kain yang memicu maraknya Jukir liar, yakni adanya budaya “memberi” di Samarinda.
“Masyarakat kita ini sosialnya tinggi, selama masyarakat masih memberikan maka ini tidak akan berhenti,” jelas Manalu.
Kendati demikian, solusi jangka panjang yang diterapkan Dishub Samarinda adalah dengan merumuskan pilihan transportasi angkutan umum, untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
“Banyak yang harus dipertimbangkan dalam persoalan ini, dan itulah identifikasi yang kami lakukan,” demikian Hotmarulitua Manalu.
Penulis : Annisa Dwi Putri | Editor : Saud Rosadi
Tag: ParkirParkir ElektronikPemkot SamarindaSamarinda