Dua Balita Anak Karyawan PT BSI Nunukan Infeksi Paru-paru

Ariska Dwi Martika, ibu balita berusia 11 bulan penderita infeksi paru-paru. (Foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Dua balita anak dari karyawan perusahaan sawit PT BSI (Bhumi Simanggaris Indah) Nunukan dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nunukan, dalam kondisi demam tinggi dan batuk akibat mengalami infeksi paru-paru.

Anak dari pasangan suami dan istri Arifin Trisakti (30) dan Ariska Dwi Martika dirujuk ke RSUD Nunukan atas rekomendasi klinik kesehatan PT BSI, karenapanas tinggi disertai batuk berdahak dan kondisi tubuh lemas.

“Saya baru satu minggu kerja di PT BSI, karena sibuk bekerja seharian, anak dititipkan di tempat penitipan anak (TPA) perusahaan,” kata Ariska Dwi Martika saat ditemui niaga.asia di RSUD Nunukan, Selasa (30/04/2024).

Aturan perusahaan yang mengharuskan Arifin Trisakti dan Ariska Dwi Martika bekerja setiap hari dari pukul 08:00 Wita hingga 17:00 Wita, membuat pasangan suami, ini tidak memiliki waktu untuk merawat anaknya.

Ariska bersama suaminya merupakan karyawan yang baru tiga hari bekerja di PT BSI. Sejak terdaftar sebagai karyawan training, anak tunggalnya dititipkan ke TPA yang disiapkan perusahaan.

“Hari ketiga anak sayabatuk, demam dan diare, tapi tetap saya paksa masuk kerja, sedangkan anak titipkan lagi ke TPA karena harus kerja,” sebutnya.

Menurut Ariska, pada hari keempat, anaknya tidak memperlihatkan respon gerak tubuh dan

membawa anaknya yang dalam kondisi lemes ke klinik perusahaan yang kemudian disarankan untuk dirujuk ke RSUD Nunukan, dengan biaya rujukan sekitar Rp3.000.000.

“Saya tanya klinik kira-kira berapa biaya, katanya sekitar Rp 3 juta, saya diam tidak tahu mau buat apa. Perawatnya bilang hubungi orang Jawa minta transfer biaya transportasi rujukan,” bebernya.

Setelah melalui proses panjang dengan alasan tidak memiliki uang dan baru bekerja 1 minggu, pihak perusahaan memberikan tanggungan biaya transportasi rujukan sebesar Rp3.000.000 dengan perjanjian dipotong dari gaji suami istri.

“Gaji suami saya Rp 3 juta per bulan, kerjannya potong pelemah pohon sakit dan panen, kalau saya pungut brondolan buah hasil panen,” terangnya.

Ariska menuturkan, anaknya mendapat perawatan RSUD Nunukan sejak 28 April 2024 bersamaan dengan rujukan seorang balita yang juga anak dari karyawan PT BSI dengan gangguan kesehatan yang sama yakni, demam tinggi, batuk dan lemas.

“Kondisi anak saya mulai membaik, cuma masih ada lendir di leher, kalau batuk-batuk masih ada, panas tubuhnya masih turun naik,” ungkapnya.

Ariska menduga penyakit yang dialami anaknya disebabkan oleh buruknya sumber air minum yang dikonsumsi setiap hari bersumber dari sumur olahan berwarna coklat dan keruh, Kemudian,  kurang perhatiannya para penjaga anak di TPA perusahaan PT BSI Nunukan.

“Jumlah penjaga TPA yang disiapkan perusahaan hanya 3 orang untuk menjaga sekitar 50 anak titipan karyawan,” ujarnya.

Sementara kondisi kesehatan balita lainnya yang berusia sekitar 1 tahun asal Nusa Tenggara Timur (NTT) dikabarkan lebih parah saat dirujuk ke RSUD Nunukan, lantaran mengalami koma hingga dilarikan ke ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) rawat darurat.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: