
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Ekonomi Arab Saudi secara historis telah bergantung pada ekspor minyak, tetapi negara tersebut bersemangat untuk melakukan diversifikasi. Program diversifikasi ekonomi, sosial, dan budaya – logam dan penambangan menjadi Visi 2030 Arab Saudi.
Arab Saudi diyakini memiliki deposit signifikan dari logam-logam kritis termasuk tembaga, nikel, litium, dan bauksit. Penambangan mineral berharga yang tersembunyi di bawah gurun luasnya dapat membantu mengurangi ketergantungan ekonomi Arab Saudi pada minyak dan meningkatkan perannya dalam transisi energi.
Laporan Reviu Informasi Strategis Energi dan Mineral yang diterbitkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Periode Januari 2024-Mei 2024 menyebut, meskipun Arab Saudi adalah pengekspor minyak terbesar di dunia, Arab Saudi adalah pengimpor logam dan material pertambangan dan berencana untuk mengubah hal ini.
“Sebagai bagian dari Visi 2030-nya, Arab Saudi merencanakan untuk menggandakan produksi baja saat ini, menggandakan produksi emas dan tembaga, dan tetap berada di 10 besar produsen aluminium primer,” kata Pusdatin Kementerian ESDM.
Rantai nilai aluminium sudah bisa diproduksi sepenuhnya di Arab Saudi karena perusahaan logam terbesarnya, Ma’aden, sudah mapan. Negara ini memiliki produksi bauksit tahunan sebesar 4,8 juta metrik ton, sementara produksi alumina dan aluminium primer mencapai 1 juta metrik ton per tahun.
“Pada bulan Desember 2023, Ma’aden menemukan beberapa deposit emas berkualitas tinggi di dekat tambang Mansourah Massarah yang sudah ada. Arab Saudi saat ini menambang emas sebanyak 500.000 ons per tahun,” sambung Pusdarin Kementerian ESDM.
Arab Saudi membuka lisensi pertambangan, memberikan insentif investasi, dan melakukan pameran internasional dengan tujuan untuk menjadikan Arab Saudi sebagai pemain besar dengan kekuatan negosiasi di panggung internasional.

Menurut Pusdatin Kementerian ESDM, tidak seperti posisinya dalam industri minyak global, Arab Saudi adalah negara kecil dalam bidang logam dan pertambangan jika dibandingkan dengan produsen raksasa di Afrika dan Amerika Selatan.
Memangkas regulasi dan birokrasi adalah strategi Arab Saudi untuk mengejar ketertinggalan di bidang logam dan pertambangan.
Meskipun penuh antusiasme, tantangan untuk mengembangkan pertambangan di Arab Saudi tetap ada. Konflik di Laut Merah dan perang Israel-Hamas, jika berlangsung lebih lanjut bisa menghalangi minat investor internasional di Arab Saudi.
Pusdatin Kementerian ESDM menyimpulkan, tugas terbesar bagi pemerintah Arab Saudi kali ini adalah untuk melaksanakan dan mengubah MoU menjadi proyek-proyek. Pendekatan di bawah Visi 2030 terlihat lebih komprehensif daripada upaya sebelumnya.
Namun, Arab Saudi harus terus membuktikan bahwa mereka serius tentang perubahan dengan menciptakan kerangka kerja yang berfungsi bagi perusahaan-perusahaan internasional untuk menjelajahi sumber daya yang belum dimanfaatkan.
Sumber: Pusdatin Kementerian ESDM | Editor: Intoniswan
Tag: Arab Saudi