Vaksin Diperlukan karena Kasus TBC di Indonesia Nomor Dua Terbesar di Dunia

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Kalimantan Timur, Andi Satya Adi Saputra. Foto : Nai/Niaga.Asia

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Indonesia menjadi salah satu dari lima negara yang dipilih untuk pelaksanaan uji coba vaksin tuberkulosis (TBC) yang didanai Yayasan Bill Gates. Sekitar ribuan relawan dari Indonesia akan berpartisipasi dalam uji coba efektivitas vaksin ini.

“Pemilihan Indonesia sebagai lokasi uji coba vaksin karena melihat tingginya kasus TBC di dalam negeri. Yakni, negara kedua setelah India,” kata Andi Satya Adi Saputra, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dari dapil Kota Samarinda, kepada Niaga.Asia, Senin (19/5/2025).

Sebagai seorang politisi yang juga berlatar belakang dokter, Andi sapaan akrabnya, menilai bahwa uji coba vaksin tuberkulosis (TBC) di Indonesia sebagai bagian dari kemajuan ilmu pengetahuan, asal dijalankan dengan prinsip sesuai etik dan pengawasan ketat.

“Kita ini juara dua dunia setelah India soal TBC. Jadi kalau orang mau bikin vaksin dan mencari lokasi yang relevan, Indonesia jelas akan menjadi pilihan. Itu berdasarkan data epidemiologis, bukan semata-mata karena kita negara berkembang,” ujarnya.

Menurut Andi, apabila terbukti efektif dan aman, vaksin TBC ini diharapkan bisa menjadi alat penting untuk menekan laju penularan TBC di Indonesia dan mempercepat pencapaian target eliminasi TBC nasional pada 2030.

“Masyarakat berhak mendapatkan pengobatan yang lebih baik,” ucapnya.

Usahakan Indonesia terlibat penuh

Pada bagian lain, Andi mengingatkan, keterlibatan Indonesia pada uji coba vaksin TBC harus dilandasi oleh prinsip-prinsip etik, transparansi, dan kedaulatan nasional.

“Selama penelitian ini diawasi oleh BPOM, Kementerian Kesehatan, dan sudah mendapat izin dari Komite Etik Nasional, maka ini sah dan justru baik. Kita tidak boleh anti pada riset ilmiah. Hanya saja, pengawasannya jangan sampai lemah,” jelasnya.

Andi juga mengingatkan agar Indonesia tidak hanya menjadi objek dalam riset besar semacam ini dan mendorong agar pemerintah mengambil peran aktif dalam pengawasan dan regulasi agar hasil riset juga memberikan manfaat konkret bagi rakyat.

“Kita harus terlibat penuh. Jangan sampai kita cuma menyediakan lokasi dan relawan, tapi tidak bisa ikut menentukan arah penelitian. Kedaulatan kita di bidang pengawasan dan kebijakan harus tetap dijaga,” terangnya.

Selain itu, Andi menyebut bahwa keterlibatan Gates Foundation dalam pengembangan vaksin global bukan hal baru. Yayasannya yang sudah sangat mapan memiliki jejak panjang dalam pengembangan vaksin berbagai penyakit seperti HIV dan malaria, hingga TBC sekarang ini.

“Mereka itu sudah besar sekali secara global. Jadi jangan heran kalau mereka terlibat di riset semacam ini. Yang penting, posisi kita sebagai negara harus kuat,” tegasnya.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV DPRD Kaltim

Tag: