
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Suku bunga perbankan masih tetap relatif tinggi. Pada April 2025, suku bunga deposito 1 bulan tercatat 4,83%, meningkat dari 4,81% pada awal Januari 2025, dengan kecenderungan sejumlah bank menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan. Suku bunga kredit perbankan juga masih relatif tinggi, yaitu tercatat sebesar 9,19% pada April 2025, relatif sama dengan 9,20% pada awal Januari 2025.
”Ke depan, Bank Indonesia memandang suku bunga perlu diturunkan untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” ungkap Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi pers seusai memimpin Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Mei 2025.
Untuk mencapai sasaran inflasi sebesar 2,5±1% pada tahun 2025 dan 2026, menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya, dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Bank Indonesia akan melakukan operasi moneter pro-market.
“Sejalan dengan itu, strategi operasi moneter pro-market terus dioptimalkan untuk memperkuat transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga khususnya di perbankan. Di pasar uang, sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Januari 2025 dan operasi moneter Bank Indonesia, suku bunga INDONIA terus menurun menjadi 5,77% pada 20 Mei 2025 dari semula sebesar 6,03% pada awal Januari 2025,” kata Perry.
Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 16 Mei 2025 juga menurun, yakni dari masing-masing 7,16%; 7,20%; dan 7,27% pada awal Januari 2025 menjadi 6,40%; 6,44%; dan 6,47%. Imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,96% menjadi 6,16%, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,98% menjadi 6,84%.
Strategi operasi moneter pro-market juga terus dioptimalkan untuk mendukung efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui kecukupan likuiditas. Dalam kaitan ini, instrumen moneter pro-market SRBI, SVBI, dan SUVBI terus dioptimalkan.
“Hingga 19 Mei 2025, total posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp869,67 triliun, menurun dari Rp923,53 triliun pada awal Januari 2025, sehingga mendukung ekspansi likuiditas kebijakan moneter,” terangnya.
Sementara instrumen SVBI dan SUVBI pada 19 Mei 2025 masing-masing tercatat sebesar 1,97 miliar dolar AS dan 306 juta dolar AS. Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar.
Menurut Perry, Bank Indonesia juga melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal Pemerintah.
Selama tahun 2025 (hingga 20 Mei 2025), Bank Indonesia telah membeli SBN sebesar Rp96,41 triliun, yaitu melalui pasar sekunder sebesar Rp64,99 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp31,42 triliun.
“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah,” janji Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Sumber: Departemen Komunikasi Bank Indonesia | Editor: Intoniswan
Tag: Suku Bunga