Finza Arumi Salsabella, Puteri Muslimah Kaltim 2025

Puteri Muslimah Kaltim 2025 Finza Arumi Salsabella (Foto Istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Finza Arumi Salsabella, gadis kelahiran Tenggarong 15 Januari 2008 ini tumbuh sebagai remaja yang aktif, percaya diri, dan penuh semangat mengeksplorasi banyak hal baru.

Di usianya yang masih 17 tahun, siswi kelas XII SMA Islam Terpadu Granada Samarinda ini berhasil meraih gelar bergengsi sebagai Puteri Muslimah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) 2025, mengungguli puluhan peserta lainnya.

Finza, rupanya bukan sosok yang asing dalam dunia kompetisi. Sejak kecil, ia mengaku telah akrab bahkan ‘panggung’ sudah seperti teman dekatnya. Ia mulai mengenal dunia modeling sejak taman kanak-kanak, lalu merambah ke berbagai lomba keagamaan.

Sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, Finza memang menonjol. Sejak sekolah dasar, ia telah aktif mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dari tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten, dan hampir setiap tahun tampil sebagai peserta.

Puncak prestasinya di bidang ini adalah saat Finza meraih Juara 1 MTQ tingkat SMA se-Indonesia yang digelar secara daring pada tahun 2024.

Selain itu, ia juga mengukir prestasi akademik lainnya, seperti Juara 1 lomba Bahasa Arab tingkat SMA (2023) saat duduk di kelas 10. Di lingkungan sekolah, Finza turut aktif sebagai pengurus OSIS dengan jabatan Kemenpora (2023–2024) dan menjadi Humas OSIS (2024–2025).

Finza Arumi Salsabella didampingi kedua orang tuanya, Fitriani dan Mohammad Jamhari. (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

Tak hanya itu, Finza aktif di Pramuka sejak kelas 10 hingga 11 di tahun 2023–2025, serta mengikuti ekstrakurikuler tari dan ia kerap tampil di berbagai undangan selama tahun 2024 hingga 2025.

Putri dari pasangan Fitriani dan Mohammad Jamhari, salah seorang anggota DPRD Kutai Kartanegara ini tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mendukung penuh setiap langkah positifnya.

Saat Finza pertama kali menyampaikan niat mengikuti ajang Puteri Muslimah, sang ayah mengaku sempat terkejut. Namun, karena Finza dikenal sering kali memberi kejutan melalui prestasi cemerlangnya, keluarga akhirnya mantap memberi dukungan penuh.

“Selama untuk kebaikan, kami akan selalu mendukung. Apalagi Finza punya bekal keagamaan yang kuat,” ujar pria berusia 52 tahun itu.

Ingin menginspirasi

Perempuan berzodiak Capricorn itu menyebut bahwa ketertarikannya mengikuti kompetisi bergengsi ini muncul setelah melihat kiprah kakak tingkatnya yang masuk 6 besar tahun sebelumnya.

“Saya mempelajari berbagai materi secara mandiri, bahkan menonton ulang video-video tahun lalu. Alhamdulillah terpilih,” bebernya.

Ketika ditanya bagaimana menjadi seorang muslimah modern yang tetap seimbang secara intelektual, emosional, dan spiritual, Finza menjawab tegas bahwa seseorang harus memiliki iman yang kuat.

“Iman itu pondasinya. Kalau iman kuat, kita bisa menimbang mana yang bermanfaat. Ilmu itu memang penting, tapi jangan lupa akarnya adalah keimanan. Asal iman kuat, tidak apa-apa mempelajari hal-hal baru untuk kita ambil ilmunya. Karena kita butuh pengetahuan yang banyak apalagi di era modern sekarang,” jelasnya.

Uniknya, Finza tak punya tokoh muslimah tertentu sebagai panutan. Ia justru ingin menjadi panutan itu sendiri.

“Kalau ditanya siapa tokoh perempuan dalam Islam yang menjadi panutan saya, jawabannya tidak ada. Karena menurut saya, kita bisa jadi panutan kok. Kita punya value masing-masing, kita harus percaya diri dengan itu,” tuturnya.

Ke depan, dengan gelar yang disandangnya saat ini, Finza menyatakan niatnya untuk merancang program edukatif yang menyasar para pemudi di Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya, dan Kaltim pada umumnya.

“Finza ingin kumpulin perempuan muslimah. Biar mereka tahu, bahwa banyak di luar sana yang masih kurang pengetahuannya soal hijab atau syariat, bukan karena mereka tidak mau, tapi karena belum tahu. Nah, di situlah peran edukasi,” paparnya.

Dengan semangat itu, ia juga berkomitmen memanfaatkan media sosial sebagai wadah menyebarkan pesan positif seperti tentang pentingnya menjaga identitas dan nilai-nilai Islam.

“Menurut saya, berdakwah itu bisa dimulai dari diri sendiri. Kalau kita mem-posting sesuatu yang sesuai syariat, itu sudah bentuk dakwah. Dan saya ingin jadi teladan, bukan hanya di atas panggung, tapi juga dalam kehidupan nyata,” tegasnya dengan mantap.

Bagi Finza, kemenangan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan sebagai agen perubahan di kalangan perempuan muda.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan  | Adv Diskominfo Kaltim

Tag: