
BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA — Industri perhotelan di Kota Balikpapan tengah menghadapi tekanan berat, ditengarai imbas kebijakan efisiensi anggaran dari pemerintah pusat.
Berdasarkan data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan, tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel di kota ini hanya menyentuh angka 30 persen selama Januari hingga Mei 2025.
Ketua PHRI Balikpapan, Soegianto, menyebut kondisi ini berdampak langsung pada stabilitas ketenagakerjaan di sektor perhotelan. Menurutnya, beberapa hotel telah menerapkan sistem kerja terbatas karena rendahnya jumlah tamu.
“Misalnya dalam satu bulan, ada karyawan yang hanya bekerja 10 hari dan 20 hari sisanya di rumah. Ini karena tamu sepi, tidak ada kegiatan yang harus dilayani,” kata Soegianto, Senin 2 Juni 2025.
Menurut Soegianto, industri hotel di Balikpapan sangat bergantung pada kegiatan pemerintahan. Kontribusi sektor ini terhadap pendapatan hotel bahkan mencapai sekitar 40 persen, terutama dari kegiatan rapat, seminar, dan acara resmi lainnya.
“Pemerintah adalah penyumbang utama revenue hotel. Jadi, saat mereka memangkas kegiatan, hampir semua hotel di Balikpapan terdampak,” ujar Soegianto.
Meski tekanan cukup berat, PHRI Balikpapan mencatat bahwa hingga kini belum ada hotel yang menutup operasionalnya secara permanen.
Manajemen hotel lebih memilih langkah-langkah adaptif, seperti menerapkan sistem kerja fleksibel dan mencoba menjangkau pasar non pemerintahan untuk mempertahankan operasional.
“Strategi bertahan ini tergantung pada manajemen masing-masing. Yang jelas, mereka pasti berusaha semaksimal mungkin agar tetap hidup,” terang Soegianto.
Diversifikasi segmen pasar menjadi opsi realistis bagi pelaku perhotelan di tengah minimnya kegiatan pemerintah. Beberapa hotel bahkan mulai menjajaki peluang dari sektor swasta, wisatawan individu, hingga kolaborasi dengan event organizer lokal.
Dengan kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil, pelaku usaha berharap adanya stimulus kebijakan dari pemerintah daerah maupun pusat, terutama dalam bentuk promosi wisata dan dukungan terhadap kegiatan berbasis masyarakat atau sektor swasta.
PHRI Balikpapan juga mendorong seluruh anggota untuk meningkatkan efisiensi internal, memperkuat digitalisasi layanan, dan mengembangkan daya tarik lokal sebagai bagian dari upaya menjaga kelangsungan bisnis.
Penulis: Heri | Editor: Saud Rosadi
Tag: BalikpapanBisnisPerhotelanPHRI