Perkembangan Ekonomi Makro Kaltim: Triwulan I 2025 Tumbuh Melambat

Ilustrasi

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan I 2025 tumbuh 4,08% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalan dengan perlambatan ekonomi regional Kalimantan dan nasional.

Perlambatan ekonomi Kaltim di periode pelaporan didorong oleh penurunan kinerja LU pertambangan akibat tertahannya produksi batu bara seiring peningkataan curah hujan. Selain itu, permintaan ekspor batu bara negara mitra dagang utama yang melemah, khususnya Tiongkok, turut menjadi faktor pelemahan LU Pertambangan sekaligus komponen ekspor di sisi pengeluaran.

Selain itu, termoderasinya progress pembangunan IKN seiring banyaknya proyek dasar yang sudah selesai dibangun di tahap I (2022 – 2024) menjadi penyebab tertahannya kinerja LU Konstruksi dan investasi di sisi pengeluaran yang turut menahan pertumbuhan ekonomi Kaltim di periode pelaporan.

Meski demikian, perlambatan yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan kinerja LU Perdagangan dan komponen konsumsi rumah tangga seiring penyaluran THR yang meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat di momen Ramadhan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.

Demikian dilaporkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto dalam laporan Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur yang dipublikasikan, 12 Juni 2025.

Keuangan Pemerintah di Daerah

Sementara realisasi keuangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim, lanjut Budi,  hingga triwulan I 2025 mengalami kontraksi seiring implementasi Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025.

“Realisasi pendapatan APBD Pemprov Kaltim pada triwulan I 2025 terkontraksi 17,98% (yoy) dari periode yang sama pada tahun sebelumnya,” katanya.

Menurut Budi lagi, kinerja realisasi tersebut terutama didukung oleh realisasi komponen PAD khususnya penerimaan pajak (pangsa 55,56%) yang terealisasi sebesar 17,06%, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 yang tercatat 22,62%.

”Sama halnya dengan APBD, realisasi pendapatan APBN juga mengalami kontraksi, didukung terutama oleh penurunan penerimaan perpajakan,” paparnya.

Sementara itu, realisasi belanja APBD maupun APBN juga mengalami kontraksi seiring implementasi kebijakan efisiensi anggaran belanja pemerintah terutama pada komponen Belanja Barang dan Belanja Modal yang diatur dalam Inpres No.1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2025.

Perkembangan Inflasi Daerah

Pada bagian lain Budi menjelaskan, inflasi Kaltim terjaga dalam rentang target inflasi nasional dan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring penurunan tekanan tarif listrik, harga komoditas pangan dan angkutan udara.

”Pada triwulan I 2025, inflasi Kaltim tercatat sebesar 1,36% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.”

Adanya penurunan tekanan inflasi disebabkan oleh implementasi kebijakan diskon tarif listrik selama bulan Januari hingga Februari. Namun demikian, penurunan inflasi yang lebih dalam pada periode laporan tertahan oleh kenaikan harga emas perhiasan seiring dengan kenaikan harga emas global.

”Adapun secara spasial, inflasi Kabupaten/Kota Kaltim tertinggi tercatat di Kabupaten Berau sebesar 1,71% (yoy) dan terendah di Kabupaten Penajam Paser Utara sebesar 1,19% (yoy), dengan tren laju inflasi di seluruh Kabupaten/Kota melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, kecuali Kota Balikpapan.​,” kata Budi.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Adv Diskominfo Kaltim

Tag: