Sekolah Berasrama Solusi Pendidikan Anak-anak di Daerah Terpencil Kaltim

Plt. Kepala Disdikbud Kaltim, Armin  meninjau langsung kondisi SMAN 10 Berau yang berada jauh dari kota. (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kunjungan kerja Gubernur Rudy Mas’ud dan Wakil Gubernur Seno Aji ke wilayah utara Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tak hanya menyasar perbaikan infrastruktur umum, tetapi juga menyentuh langsung sektor pendidikan.

Rangkaian agenda lintas kabupaten yang berlangsung sejak 12 – 16 Juli 2025 tersebut juga turut didampingi oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kaltim, Armin.

Armin memastikan bahwa sektor pendidikan tetap menjadi bagian penting dalam evaluasi pembangunan daerah, terutama di kawasan terpencil yang kerap kali menghadapi banyak keterbatasan akses dan jarak tempuh.

“Iya, ikut (ke Kutai Timur dan Berau). Kemarin saya juga melakukan kunjungan ke SMAN 10 Berau. Walau jauh dari kota, tapi sekolahnya tertata rapi, indah, dan hijau,” ujarnya kepada Niaga.Asia pada Kamis (17/7).

Meski tema besar dari kunjungan kerja ini adalah pembangunan infrastruktur secara menyeluruh, namun dari sisi Disdikbud, kunjungan ini juga menjadi momen untuk mengevaluasi kondisi fisik sekolah, akses pendidikan, serta ketersediaan tenaga pendidik di kawasan pinggiran.

“Semua (dievaluasi), tapi lebih banyak fokus pada infrastruktur,” jelasnya.

Ia menyebutkan bahwa secara umum, sekolah-sekolah di Kabupaten Kutai Timur dan Berau dalam keadaan cukup baik. Namun persoalan klasik tetap muncul, kendala yang sering kali dihadapi adalah jarak tempuh siswa ke sekolah yang terlalu jauh.

“Beberapa kendala bagi anak-anak yaitu soal akses pendidikan, karena jarak ke sekolah itu kan cukup jauh. Solusinya, perlu asrama bagi anak-anak yang jauh,” tegasnya.

Dibeberkannya, ada beberapa kecamatan yang menjadi perhatian serius Disdikbud Kaltim karena kondisi geografisnya yang sulit dan jauhnya jarak antar permukiman.

“Seperti Kecamatan Biduk-biduk di Berau, lalu Sandaran dan Busang di Kutai Timur. Wilayah ini perlu asrama,” tuturnya.

Tak hanya itu, ia juga menuturkan bahwa beberapa program Unit Sekolah Baru (USB) sebenarnya bisa menjawab tantangan ini. Namun persoalan lain kembali muncul, yakni soal ketersediaan guru.

“USB bisa jadi solusi, tapi kalau gurunya belum ada, sekolah baru tidak bisa langsung berjalan. Ini yang masih kita hadapi,” katanya.

Kendati demikian, ia menyebutkan bahwa sejumlah sekolah di wilayah dengan luas sebaran permukiman yang tinggi sudah memiliki fasilitas asrama siswa. Tentunya, ini bisa menjadi contoh positif yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

“Beberapa sekolah sudah tersedia asrama, seperti SMAN 1 Sangkulirang, SMAN 1 Bengalon, SMKN 3 Berau, dan SMAN 1 Karangan. Tapi belum semua wilayah punya fasilitas serupa,” terangnya.

Ke depan, konsep pendidikan berbasis asrama akan digencarkan di Provinsi Kaltim. Hal ini juga selaras dengan arahan Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto, yang mendorong agar semakin banyak sekolah di daerah memiliki fasilitas asrama sebagai bagian dari proses pembentukan karakter.

“Karena memang ke depan justru kita ingin supaya banyak sekolah-sekolah yang punya asrama, supaya ada pembangunan karakter di asrama,” pungkasnya.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim 

Tag: