
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Persentase penduduk miskin di maluku dan Papua masih paling tinggi di Indonesia, yakni pada Maret 2025 sebesar 18,90% atau naik dibandingkan September 2024 yang hanya 18,62%.
“Sedangkan persentase penduduk miskin di Pulau Kalimantan, dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, pada Maret 2025 yakni 5,15% atau turun dibandingkan September 2024 sebesar 5,30%,” kata Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono dalam konferensi pers, hari ini, Jumat (25/7).
Provinsi lain yang penduduk miskinnya pada Maret 2025 masih di atas dua digit adalah Bali dan Nusa Tenggara, yakni 11,93%, turun dibandingkan September 2024 sebesar 12,15%.
Persentase kemiskinan beradasr pulau lainnya apada Maret 2025 adalah, Sumatera (8,22%) dengan jumlah penduduk miskin 5,14 juta jiwa, Kalimantan (5,15%) atau 890.000 jiwa, Sulawesi (8,96%) atau 1.850.000 jiwa, Maluku dan Papua (18,90%) atau 1.490.000 jiwa, Jawa (7,99%) dengan jumlah jiwa penduduk miskin 12.560.000 jiwa, kemudia Bali dan Papua (11,93%) atau 1.920.000 jiwa.
Jumlah penduduk Miskin pada Maret 2025 sebesar 23,85 juta orang, turun 0,21 juta orang terhadap September 2024.Persentase Penduduk Miskin pada Maret 2025 sebesar 8,47 persen, turun 0,10 persen poin terhadap September 2024.
Menurut Ateng, peranan komoditas makanan terhadap Garis Kemiskinan 74,58% jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan yang hanya 25,42%.
“Tingkat kemiskinan pada periode September 2020 ke Maret 2025 menunjukkan tren menurun, terutama di daerah perdesaan,” tambahnya. Disparitas kemiskinan antara wilayah perkotaan dan perdesaan masih lebar.
Dibandingkan September 2024, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2025 meningkat di perkotaan dan menurun di perdesaan. Hal ini menunjukkan bahwa jarak pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin melebar di perkotaan, tetapi menyempit di
perdesaan.
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada periode yang sama juga mengalami peningkatan di perkotaan dan penurunan di perdesaan. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi pengeluaran di antara penduduk miskin di perkotaan semakin lebar, sementara di perdesaan semakin merata.
Persentase Penduduk Miskin Ekstrem (US$2.15, 2017 PPP) pada Maret 2025 sebesar 0,85 persen, turun 0,14 persen poin terhadap September 2024, dan turun 0,41 persen poin terhadap Maret 2024.
Jumlah Penduduk Miskin Ekstrem (US$2.15, 2017 PPP) pada Maret 2025 sebesar 2,38 juta orang, turun 0,40 juta orang terhadap September 2024, dan turun 1,18 juta orang terhadap Maret 2024.
BPS juga melaporkan, tingkat kemiskinan sebesar 8,47 persen dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 23,85 juta orang. Tingkat kemiskinan di perdesaan sebesar 11,03 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di perkotaan yang sebesar 6,73 persen. Tingkat kemiskinan ekstrem sebesar 0,85 persen dengan jumlah penduduk miskinekstrem sebanyak 2,38 juta orang.
Ketimpangan pengeluaran (diukur dengan Gini Ratio) tercatat sebesar 0,375, turun 0,006 poin dibandingkan dengan September 2024. Ketimpangan di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di wilayah perdesaan.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: Kemiskinan