
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Upaya penanganan darurat bencana banjir bandang yang melanda wilayah Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, pada Senin (8/9), terus dimaksimalkan hingga hari ini, Rabu (10/9). Perlahan tapi pasti, sinergi antar lintas OPD terkait mulai membuahkan hasil yang lebih baik.
Hari ini, tim pencarian dan pertolongan gabungan kembali menemukan satu (dari lima orang) warga yang sebelumnya dilaporkan hilang dalam kondisi tidak bernyawa. Penemuan jasad tersebut sekaligus menambah jumlah korban meninggal dunia menjadi empat orang. Otomatis, jumlah warga yang masih dinyatakan hilang kini menjadi empat orang. Tim gabungan terus berupaya memaksimalkan operasi SAR dengan tetap memastikan kondisi lapangan dan cuaca demi keselamatan dan keamanan.
Hasil perkembangan kaji cepat di lapangan, banjir yang dipicu oleh faktor cuaca ditambah topografi berupa lereng perbukitan sampai pesisir ini berdampak pada 14 desa di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Mauponggo, Kecamatan Nangaroro, dan Kecamatan Boawae.
Kerugian materil mencakup satu rumah hanyut, dua kantor terdampak, tiga ruas jalan tertutup longsor yang meliputi satu jalan provinsi dan dua jalan kabupaten, dua jembatan rusak, serta lahan pertanian dan ternak yang terdampak. Data kerusakan lainnya masih dalam proses pendataan.
Pemerintah Provinsi NTT melalui BPBD telah menyiapkan bantuan logistik berupa selimut, matras, peralatan masak, hygiene kit, kasur lipat, velbed, peralatan kebersihan, makanan biskuit protein untuk anak-anak, serta tenda keluarga.
Bantuan tersebut dijadwalkan dikirim pada Kamis (11/9) melalui jalur laut Kupang–Aimere. Selain itu, BPBD Kabupaten Kupang juga menyalurkan bantuan tanggap darurat berupa bahan bangunan.
Meski dua titik jalan yang sebelumnya terputus sudah dapat ditangani, tiga titik jalan lain masih lumpuh dan membutuhkan alat berat untuk membuka akses. Kendala lain yang dihadapi di lapangan antara lain jaringan komunikasi dan listrik yang terputus sehingga menghambat penyampaian laporan dan distribusi bantuan.
Bupati Nagekeo telah menetapkan status tanggap darurat bencana cuaca ekstrem melalui Keputusan Nomor 330/KEP/HK/2025 yang berlaku selama 21 hari, mulai 9 hingga 30 September 2025. BPBD Kabupaten Nagekeo juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan dan segera mengungsi apabila kondisi semakin berisiko.
BNPB Bertolak Ke NTT
Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto telah memerintahkan Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan untuk hadir di lokasi terdampak untuk memberikan pendampingan dan dukungan lain yang dibutuhkan selama proses tanggap darurat.
Sementara Kepala BNPB sendiri diproyeksikan akan menyusul ke NTT setelah memberikan dukungan penanganan bencana banjir yang melanda empat kabupaten dan menyebabkan dua orang meninggal dunia di Bali.
“Nanti malam sudah ada tim yang berangkat ke sana. Akan ada Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan,” jelas Suharyanto usai hadir dalam agenda ADEXCO di JiExpo Kemayoran, Rabu (10/9).
Melihat kondisi medan dan lokasi wilayah terdampak yang cukup jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Nagekeo, tim yang diberangkatkan akan menggunakan moda transportasi udara dari Jakarta-Kupang menuju Ende dilanjutkan perjalanan darat untuk mencapai lokasi. Namun, jika hal itu tidak memungkinkan karena adanya erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki dan Ile Lewotolok yang dapat berdampak pada penerbangan, maka tim akan menggunakan jalur laut.
“Kita akan berangkat lewat jalur udara ke Kupang. Dari Kupang ke Ende menggunakan pesawat kecil atau kapal laut. Mudah-mudahan di sana ada dua erupsi gunung, Lewotobi dan Lewotolok, semoga tidak erupsi,” jelas Suharyanto.
Sesuai perintah Kepala BNPB, tim yang diberangkatkan tidak hanya personel saja, namun dukungan lain seperti logistik dan perlengkapan yang secara umum dibutuhkan selama masa tanggap darurat juga disertakan. Tidak menutup kemungkinan, BNPB juga akan melengkapi segala kebutuhan lainnya sesuai hasil asesmen di lapangan.
“Tidak hanya membawa badan tapi juga logistik. Ini sedang dikumpulkan sedang asesmen kebutuhan-kebutuhan apa saja yang dibutuhkan. Tapi tentu saja logistik dasar permakanan, pakaian, matras, tenda dan lain sebagainya,” pungkas Suharyanto.
Sumber: Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB | Editor: Intoniswan
Tag: Banjir