
TENGGARONG.NIAGA.ASIA – Tiga pelajar SMPN 1 Kenohan ikut berpartisipasi dalam Festival Film Dokumenter Tahun 2025 tingkat pelajar se-Kabupaten Kutai Kartanegara. Mereka berhasil menyelesaikan karya dokumenter berjudul ‘Sahung dari Pandan Berduri’, yang mengangkat kerajinan khas daerah mereka.
Pendamping tim pelajar SMPN 1 Kenohan, Siti Mahmudah mengatakan, proses pembuatan film dokumenter oleh anak didiknya ini sudah rampung. Pada Sabtu kemarin (11/10/2025), menjadi hari terakhir bagi para peserta untuk menyelesaikan produksi.
“Alhamdulillah baru saja mengumpulkan, jadi sudah selesai semuanya,” ungkapnya kepada Niaga.Asia, Minggu (12/10/2025).
Mahmudah pun menyebutkan, ada sekitar tiga peserta didik dari SMPN 1 Kenohan yang ikut terlibat langsung dalam proyek film ini, yaitu Nur Annisa Ahla (8C); Jia Mei Sari (8C); dan Alifa Khairunnisa (8B).
Sebelumnya, ketiganya sudah terlebih dulu mengikuti workshop perfilman selama dua hari yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara pada tanggal 6 hingga 7 Oktober 2025.
Film dokumenter garapan siswanya tersebut kata Mahmudah, mengangkat tema ‘Sahung dari Pandan Berduri’. Tema ini terinspirasi dari kehidupan masyarakat Kenohan yang hingga saat ini masih menjaga tradisi menganyam Sahung, kerajinan yang terbuat dari daun pandan berduri.
“Sahung itu bahasa kami di Kenohan, kalau dalam bahasa Kutai disebut Srahung,” jelas wanita berusia 33 tahun itu.
Menurutnya, pemilihan tema ini tidak semata karena Sahung merupakan kerajinan unggulan Kenohan, tetapi juga karena memiliki nilai-nilai budaya yang perlu dilestarikan dan dikenalkan kepada dunia. Tradisi menganyam Sahung telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat lokal.
“Kerajinan ini adalah kebanggaan bagi kami. Dan anak-anak ingin menunjukkannya kepada masyarakat luas bahwa produk ini diproduksi dari daerah kami,” terangnya.
Disinggung terkait peran Mahmudah sebagai pendamping selama proses produksi film. Ia mengaku tidak terlibat langsung dalam proses penyuntingan ataupun teknis pembuatan film.

Mahmudah mengaku hanya mendampingi para siswa untuk menemui narasumber dan meminta izin keterlibatan mereka dalam proses pembuatan film.
“Saya hanya membantu menemukan ide awal, karena anak-anak punya banyak sekali ide-ide yang ingin diangkat. Kami akhirnya memilih satu tema yang paling kuat. Anak-anak juga melakukan editing sendiri. Saya mengambil dokumentasi behind the scenes mereka saja,” paparnya.
Selain itu, ia juga mengungkapkan berbagai tantangan yang telah dihadapi selama proses pembuatan film. Mahmudah mengaku sempat merasa iba saat melihat para siswanya harus berkreasi dengan sarana terbatas, ditambah gangguan jaringan internet yang sempat tidak stabil saat proses penyuntingan berlangsung.
“Tantangan terbesar saat mendampingi anak-anak itu pada peralatan. Kamera terbatas, dan kemarin jaringan internet di Kenohan juga tidak stabil, padahal anak-anak menggunakan aplikasi CapCut untuk mengedit. Biasanya jaringan baik-baik saja karena kami berada di ibu kota kecamatan. Hanya kemarin sempat terputus, tapi sekarang alhamdulillah sudah normal,” bebernya.
Keterlibatan pelajar dalam ajang seperti ini diungkapkan Mahmudah, memberikan banyak sekali manfaat yang sebelumnya tidak mereka peroleh dalam kegiatan belajar formal. Melalui proses pembuatan film, para siswa belajar tentang kerja sama tim, berpikir kritis, serta memahami pentingnya riset dan kreativitas dalam menyampaikan pesan.
“Manfaatnya banyak sekali, terutama ilmu yang sebelumnya belum mereka dapatkan tentang perfilman,” tuturnya.

Selain itu, kegiatan ini juga menumbuhkan minat baru di kalangan pelajar terhadap dunia audio visual. Ia menuturkan, setelah mengikuti Festival Film Dokumenter, beberapa siswanya pun mulai menunjukkan ketertarikan untuk menjadi kameramen atau videografer.
“Mereka mulai menyukai tentang pengambilan video, menjadi kameramen. Ada semangat baru yang tumbuh dari kegiatan ini,” katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga membeberkan bahwa partisipasi SMPN 1 Kenohan tahun ini menjadi pengalaman pertama mereka dalam mengikuti festival film dokumenter tingkat kabupaten. Kendati demikian, semangat dan antusias para siswa sangat tinggi sejak awal proses hingga tahap akhir pengumpulan karya.
Harapan Mahmudah, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara terus memberikan support terhadap kegiatan pengembangan perfilman di tingkat pelajar. Kegiatan seperti ini tegas dia, sebaiknya menjadi agenda tahunan agar semakin banyak pelajar yang berpartisipasi dan belajar memproduksi karya kreatif.
“Semoga bisa diadakan setiap tahun, supaya selalu ada regenerasi dalam dunia perfilman di tingkat pelajar,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Disdikbud Kutai Kartanegara, Puji Utomo, turut mengapresiasi semangat para pelajar yang ikut serta dalam Festival Film Dokumenter 2025. Partisipasi diharapkan menjadi potensi kreatif generasi muda ke depannya.
“Kami sangat bangga melihat antusias pelajar ikut berpartisipasi dalam festival ini,” pungkasnya.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | Advertorial
Tag: FILM
