Brasil Pasar Baru Komoditas Ekspor Indonesia  

Presiden Republik Federasi Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto saat menyampaikan keterangan pers bersama di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (23/10/2025). (Foto BPMI Setpres/Niaga.Asia) 

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Meski jumlah penduduk Indonesia dengan Brasilia tidak berselisih banyak, dimana Indonesia sekitar 280 juta jiwa dan Brasil 212 juta jiwa tahun 2024, tapi nilai perdagangan kedua negara masih terbilang kecil, dimana Brasil diposisi surplus.

Pada Agustus 2025, Brasi; mengekspor $402 juta dan mengimpor $194 juta dari Indonesia, menghasilkan neraca perdagangan positif sebesar $208 juta. Antara Agustus 2024 dan Agustus 2025, ekspor Brasil ke Indonesia meningkat sebesar $76,3 juta (23,4%) dari $326 juta menjadi $402 juta, sementara impor menurun sebesar $5,18 juta (2,6%) dari $199 juta menjadi $194 juta.

Pada Agustus 2025, pertumbuhan tahunan ekspor Brasil ke Indonesia terutama didorong oleh ekspor Minyak Mentah ($96,7 juta atau 100%),  Gula Mentah ($16,4 juta atau 16%), dan Jagung ($14 juta atau 17,2 ribu%). Sementara itu, pada bulan yang sama, penurunan impor Brasil dari Indonesia terutama disebabkan oleh impor Rekaman Suara ($-3,36 juta atau -33,7%), Minyak Sawit ($-3,62 juta atau -10,6%), dan Kokas ($-11,7 juta atau -36,2%).

Awal dari kedekatan Indonesia dengan Brasil, dapat dikatakan belum lama, baru sejak 4 tahun lalu ketika Indonesia menyatakan minat bergabung dengan BRICS. BRICS (akronim dalam bahasa Inggris dari: Brazil, Russia, India, China, South Africa) adalah organisasi antarpemerintah yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Etiopia, Uni Emirat Arab, dan Indonesia, anggota terbaru (2024).

BRICS Awalnya dibentuk untuk menyoroti peluang investasi. Organisasi ini berkembang menjadi sebuah blok geopolitik, dengan pemerintah mereka bertemu setiap tahunnya dalam sebuah KTT formal dan mengoordinasikan kebijakan multilateral sejak 2009. Hubungan bilateral di antara BRICS dilakukan khususnya berdasarkan pada prinsip non-intervensi, kesetaraan, dan saling menguntungkan.

Negara-negara pendirinya yakni Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok mengadakan KTT pemimpin pertamanya di Rusia pada tahun 2009 dengan nama BRIC. Setelah penggantian nama organisasi, Afrika Selatan menghadiri pertemuan puncak pertamanya sebagai anggota pada tahun 2011 setelah bergabung dengan organisasi tersebut pada tahun 2010. Iran, Mesir, Etiopia, dan Uni Emirat Arab menghadiri KTT pertama mereka sebagai negara anggota pada KTT tahun 2024 di Rusia. Arab Saudi belum bergabung secara resmi, tetapi berpartisipasi dalam kegiatan BRICS sebagai negara yang diundang.

Jika digabungkan, negara anggota BRICS mencakup sekitar 30% permukaan bumi dan 45% populasi global. Afrika Selatan memiliki ekonomi terbesar di Afrika, sedangkan Brasil, India, dan Tiongkok termasuk di antara 10 negara terbesar di dunia berdasarkan populasi, luas wilayah, dan produk domestik bruto (PDB) nominal, dan berdasarkan paritas daya beli, Rusia muncul sebagai ekonomi terbesar di Eropa pada tahun fiskal terakhir.

Kelima negara anggota awal tersebut merupakan anggota G20, dengan PDB nominal gabungan sebesar US$28 triliun (sekitar 27% dari produk dunia bruto), total PDB (PPP) sekitar US$65 triliun (33% dari PDB PPP global), dan diperkirakan US$5,2 triliun dalam cadangan devisa gabungan (per 2024).

Baik Indonesia maupun Brasil sama-sama dalam tekanan tarif Donald Trump, tapi Brasil sejauh ini terlihat tidak terlihat begitu panik. Brasil bisa menjadi pintu masuk masuk berbagai komoditas ekspor Indonesia ke Amerika Latin.

Suasana hangat dan bersahabat mewarnai jamuan working lunch yang digelar Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto untuk Presiden Republik Federasi Brasil Luiz Inácio Lula da Silva beserta Ibu Negara Janja Lula da Silva dan delegasi di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (23/10/2025). (Foto BPMI Setpres/Niaga.Asia)

Presiden Republik Federasi Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, menegaskan komitmen untuk memperkuat kemitraan strategis antara Brasil dan Indonesia di berbagai bidang.

Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Lula dalam keterangan pers bersama Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (23/10/2025).

“Merupakan kehormatan untuk membalas kunjungan kenegaraan kepada Presiden Prabowo Subianto. Kemitraan strategis yang saya luncurkan dalam kunjungan pertama saya ke Jakarta pada tahun 2008 terbukti semakin relevan dan aktual,” ujar Presiden Lula.

Presiden Lula menekankan bahwa Indonesia dan Brasil adalah dua negara demokrasi besar dengan ekonomi yang berkembang pesat. Keduanya juga memiliki tanggung jawab bersama untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan.

“Saya pikir rakyat Indonesia dan rakyat Brasil layak bagi kita untuk melakukan pengorbanan yang lebih besar agar menjamin bahwa perdagangan antara Indonesia dan Brasil tumbuh sejalan dengan pertumbuhan populasi kita. Karena itu, kita akan melakukan upaya besar untuk bekerja keras agar Indonesia dan Brasil menjadi dua mitra penting dalam geografi ekonomi dunia,” imbuh Presiden Lula.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Lula menegaskan pentingnya penyelesaian Perjanjian Perdagangan Preferensial (PTA) antara Mercosur dan Indonesia. Presiden Lula berharap perundingan dapat dituntaskan sebelum akhir masa kepresidenannya.

“Sebagai suara efektif dari Global Selatan, kami juga membahas isu-isu penting dalam agenda internasional. Indonesia dan Brasil adalah dua negara yang bertekad untuk menempati posisi yang sesuai dengan kami dalam tatanan dunia yang sedang mengalami transformasi mendalam. Dunia yang sedang berkembang berutang banyak kepada Indonesia,” sebut Presiden Lula.

Selain itu, Presiden Lula juga memuji kebijakan makan bergizi gratis yang dijalankan pemerintahan Presiden Prabowo. Presiden Lula menyebut kebijakan tersebut selaras dengan inisiatif global untuk memerangi kelaparan dan kemiskinan.

“Kita tahu bahwa tidak ada pembangunan berkelanjutan tanpa mengatasi kelaparan dan kemiskinan. Aliansi Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan yang diluncurkan selama kepresidenan Brasil di G20 telah mendapatkan dukungan dari Indonesia sejak awal. Kebijakan makan sekolah dari pemerintahan Presiden Subianto yang layak mendapat pengakuan kami hari ini merupakan bagian dari program percepatan pelaksanaan Aliansi tersebut,” ujar Presiden Lula.

Presiden Lula menyampaikan keyakinannya bahwa hubungan Indonesia dan Brasil akan terus berkembang. Presiden Lula menegaskan bahwa kemitraan kedua negara harus dilandasi keseimbangan dan saling menguntungkan.

“Saya ingin mengatakan, sahabatku Presiden Prabowo, bahwa Brasil dan Indonesia akan sebesar yang kita inginkan. Apa yang terjadi saat ini dalam politik dan ekonomi menunjukkan bahwa semakin banyak kita perlu mendiskusikan kesamaan yang ada antara kedua negara kita agar kita dapat semakin memperkuat hubungan perdagangan kita, hubungan ilmiah dan teknologi kita, hubungan budaya kita, hubungan politik kita sehingga kita semakin tidak bergantung pada satu negara saja,” kata Presiden Lula.

Penulis: Intoniswan dan BPMI Setpres | Editor: Intoniswan

Tag: