
TENGGARONG.NIAGA.ASIA – Upaya untuk memperkuat hilirisasi hasil pertanian di Kutai Kartanegara (Kukar) terus dilakukan melalui kolaborasi lintas perangkat daerah (PD). Salah satunya, melalui rencana pembangunan tiga pabrik hilirisasi yang diyakini akan mendukung peningkatan nilai tambah komoditas unggulan daerah.
Demikian mengemuka dalam Penyempurnaan Rancangan Rencana Strategis (Renstra) Distanak Kukar 2025-2029 pada Senin siang (27/10/2025) di Hotel Grand Fatma, Tenggarong. Acara ini dihadiri hingga akhir oleh Kepala Distanak Kukar Muhammad Taufik.
Disampaikan Fadillah, perwakilan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kukar, sinergi antar PD menjadi poin penting dalam penyusunan Renstra Distanak Kukar 2025-2029. Terlebih terdapat sejumlah target strategis yang hanya dapat dicapai melalui kolaborasi lintas sektor.
Menurutnya, Disperindag melihat ada isu strategis yang relevan untuk dikolaborasikan, khususnya terkait hilirisasi dan pemasaran hasil pertanian. Karena itu, Disperindag telah merancang pembangunan tiga pabrik hilirisasi sebagai langkah konkret untuk mendukung peningkatan nilai tambah komoditas daerah.
Tiga pabrik tersebut masing-masing adalah pabrik pengolahan rumput laut di Desa Muara Badak Ulu, pabrik minyak makan merah di Desa Kelekat Kecamatan Kembang Janggut untuk mendukung potensi sawit rakyat, serta pabrik pakan ikan yang direncanakan di Desa Loh Sumber Kecamatan Loa Kulu.
“Ini kita sentuh dari hilirisasinya. Namun sesuai arahan Pak Bupati, kita tidak hanya fokus pada hilirisasi, tetapi hulunya juga tetap kita bina,” ujarnya.
Selain infrastruktur hilirisasi, Disperindag setiap tahun menjalankan pelatihan olahan pangan dan kerajinan di lima kecamatan, karena instansi tersebut juga membawahi Dekranasda Kukar.
Ia turut memaparkan kondisi industri kecil menengah (IKM) Kukar, yang kini berjumlah 2.823 unit dengan nilai investasi senilai Rp109 miliar serta menyerap sekitar 5.066 tenaga kerja. Potensi ini diyakini dapat dioptimalkan melalui pemasaran dan pengolahan produk lokal berbasis komoditas pertanian.
“IKM ini terdiri dari beberapa jenis industri, ada sekitar 10 jenis industri kecil menengah,” bebernya.
Lebih lanjut, ia pun juga mengungkap adanya dukungan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim berupa pembangunan rumah produksi bersama, tepatnya ada di Desa Loleng, Kota Bangun, serta Kecamatan Kembang Janggut. Fasilitas itu akan difokuskan pada produksi pakan ternak dan minyak goreng.
“Mungkin itu yang bisa kami informasikan dalam kegiatan ini. Harapan kami apa yang sudah dirancang di Disperindag nanti bisa berkolaborasi dengan program di Distanak. Sehingga, rantai pasoknya terhubung. Produk yang dihasilkan para petani dapat langsung terserap industri,” jelasnya.
Menanggapi hal itu, Plt. Sekretaris Distanak Kukar Mohammad Rifani menyampaikan, informasi tersebut menjadi peluang besar untuk memperkuat hilirisasi produk pertanian daerah.
“Informasi yang disampaikan kepada kita ini, nantinya Distanak bisa berkolaborasi dengan Disperindag, terkait hilirisasi produk-produk pertanian,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Distanak Kukar, Muhammad Taufik menegaskan agar Renstra yang sedang difinalisasi ini dapat benar-benar menjadi dokumen perencanaan lima tahunan yang menggambarkan secara jelas kebutuhan sektor pertanian dan peternakan di Kukar, baik dari sisi hulu hingga hilir.
“Renstra ini harus menggambarkan kebutuhan dan apa saja yang memang harus kita tangani bersama untuk memperkuat sektor pertanian dan peternakan. Karena itu, masukan dari semua perangkat daerah sangat penting untuk kita integrasikan,” kata Taufik.

Sementara, Ketua Tim Penyusunan Program Distanak Kukar, John Laurens Barus turut menanggapi pemaparan dari Disperindag Kukar. Ia menilai informasi tentang rencana pembangunan pabrik hilirisasi serta rumah produksi bersama ini sangat relevan untuk mendukung industri peternakan dan pertanian daerah.
“Di sini menarik, tadi saya mau nanya. Kalau memang sudah ada rencana bangun pabrik olahan pangan, kenapa enggak sekalian nih, bangun pabrik olahan pakan ternak. Sekalinya sudah terjawab oleh programnya provinsi,” terangnya.
Selain itu, John juga menekankan pentingnya sinkronisasi data dan fokus pengembangan komoditas antara Distanak dan Disperindag, terutama yang berhubungan dengan industri kecil menengah (IKM) sektor olahan pangan.
John berpendapat, bahwa komoditas yang dikembangkan di subsektor tanaman pangan hortikultura (TPH) maupun peternakan harus memiliki kesinambungan hingga pada tahap pengolahan. Dengan demikian, produk yang dihasilkan tidak berhenti di tingkat budidaya, tetapi langsung terserap ke industri yang telah disiapkan.
“Harapannya nanti bisa jelas, kira-kira dari komoditas TPH ataupun peternakan apa yang bisa dikolaborasikan dengan IKM. Bapak nanti fokus di situ, kami pun akan mengarahkan komoditas yang kami kembangkan agar tidak terputus. Produk yang kami hasilkan bisa langsung kita sambut ke industri,” tuturnya.
Prinsip ini, menurut John, sebenarnya sama dengan pola penguatan koperasi dan UMKM, yakni pengembangan dilakukan berdasarkan potensi komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan peluang pasar nyata.
“Artinya apa yang akan kita kembangkan, di situlah kami akan fokus. Harapannya seperti itu, agar industri kita dapat tumbuh bersama dengan sektor pertanian dan peternakan,” pungkasnya.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | Advertorial
Tag: PertanianPeternakan