
NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Hujan deras yang mengguyur sejak dini hari hingga pagi belum juga reda di pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, mengakibatkan sejumlah kawasan permukiman dan sarana pelayanan publik terendam air.
Anggota DPRD Nunukan asal Dapil pulau Sebatik, Andre Pratama, mengatakan, banjir merata di pulau Sebatik menyebabkan kerugian besar bagi para petani yang baru memasuki musim tanam.
“Kecamatan Sebatik Barat memasuki musim tanam dan rata-rata petaninya baru saja menanam bibit padinya, kalau sudah banjir begini bibit padi pasti mati,” kata Andre pada Niaga.Asia, Rabu (12/11/2025).
Persoalan banjir di pulau Sebatik bukanlah hal baru, hampir setiap curah hujan tinggi dalam waktu panjang pasti mengakibatkan banjir, terutama di wilayah Kecamatan Sebatik Timur dan Sebatik Utara.
Banjir kali ini cukup parah karena terjadi di lima kecamatan di pulau Sebatik, air menggenangi kolong-kolong rumah warga, kawasan persawahan, sarana pelayanan publik seperti Puskesmas, kantor desa hingga sarana pendidikan didera banjir.
“Biasanya langganan banjir hanya di Sei Nyamuk, Kecamatan Sebatik Timur dan Sei Pancang, Sebatik Utara, tapi kali ini semua kecamatan di pulau Sebatik terdampak banjir,” tuturnya.
Andre mengaku dalam beberapa kali pertemuan dengan pemerintah daerah telah menyampaikan untuk segera membuat master plan penanganan banjir secara menyeluruh, beserta dana yang diperlukan.
Dukungan infrastruktur penanggulangan banjir di pulau Sebatik perlu dilakukan secepat mungkin, agar banjir tidak menghambat perekonomian dan pelayanan publik umum.
“Upaya penanggulangan banjir di Sei Nyamuk dan Sei Pancang sudah dilakukan dengan memperbesar drainase, tapi hal tidak cukup apabila tidak didukung saluran pembuangan ke laut,” ujarnya.

Belum maksimalnya penanganan banjir di pulau Sebatik disebabkan oleh kurang koordinasinya antara instansi pengelola kegiatan yakni Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) wilayah Kalimantan
Dua instansi pengelola sumber keuangan APBN serta Pemerintah Nunukan tersebut seharusnya duduk bersama merencanakan konektivitas penanggulangan banjir yang saling mendukung sehingga pembangunan fisik saling terintegrasi.
“Misalnya BPJN kerja drainase, lalu disambung WBS kerjakan pembuangan dari drainase menuju laut, kedua pekerjaan ini saling harus terintegrasi agar air lancar,” tuturnya.
Kemudian, lanjut Andre, Pemerintah Nunukan juga bisa memikirkan penanggulangan banjir langkah cepat dengan membuat resapan air atau menyiapkan pompa air berukuran besar untuk mengalirkan genangan air di jalan-jalan menuju laut.
Selain itu, pemerintah daerah mungkin sebaiknya mengajukan ke pemerintah pusat terkait membangun saluran air dari drainase menuju laut menggunakan sistem pintu klep, agar ketika air laut pasang tidak masuk melalui saluran drainase.
“Muka air laut dengan permukaan tanah pasti terjadi penurunan setiap tahun, kalau persoalan ini tidak dipikirkan serius, saya predeksi 3 tahun mendatang banjir di Sebatik akan semakin parah,” tutupnya.
Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan
Tag: BanjirSebatik