
BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Setiap memasuki akhir tahun, Balikpapan kembali dihadapkan pada persoalan yang sama yaitu ketergantungan nyaris total pada pasokan pangan dari luar daerah.
Situasi ini membuat harga komoditas di kota minyak bergerak naik lebih cepat dibanding kota lain di Kaltim, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Kepala Dinas Perdagangan Balikpapan, Haemusri Umar, mengatakan 90 persen komoditas pangan yang beredar di Balikpapan datang dari Jawa dan Sulawesi. Di saat cuaca ekstrem, pelabuhan tersendat, atau jalur distribusi terganggu sedikit saja, harga langsung melonjak.
“Karena jalurnya panjang, biaya angkut naik. Itu langsung terasa di pedagang pasar,” ujar Haemusri kepada wartawan di Balai Kota, Senin (17/11/2025).
Temuan monitoring Satgas Pangan pekan lalu membenarkan hal itu. Tim menemukan beberapa pedagang menjual beras hingga Rp16 ribu/kg, di atas harga eceran tertinggi. Padahal harga rata-rata beras medium di pasar rakyat masih di kisaran Rp14 ribu, dan premium Rp15.400.
“Ada pedagang yang memanfaatkan situasi. Ini yang kami tindak,” ucapnya.
Selain beras, cabai, bawang, dan komoditas hortikultura lainnya juga menjadi perhatian. Komoditas inilah yang paling bergantung pada kelancaran logistik dari luar daerah.
“Hortikultura itu sensitif. Telat distribusi satu hari saja bisa berubah harga,” ungkap Haemusri.
Fenomena itu diperkuat kondisi cuaca. Memasuki November-Desember, curah hujan meningkat tajam. BMKG menyebut periode ini sebagai puncak “bulan ber-ber” dengan risiko gangguan distribusi dari Jawa dan Sulawesi.
Namun di tengah tekanan tersebut, inflasi Balikpapan masih terkendali. Inflasi month-to-month berada di angka 0,03 persen, sementara data tahunan berada di kisaran 1,01 sampai 1,11 persen, termasuk yang terendah di Kaltim.
Ia mengungkapkan bahwa beberapa komoditas bahkan mengalami deflasi, seperti ayam ras, beras, ikan bandeng, bawang merah, dan cabai rawit.
Meski begitu, Haemusri mengingatkan bahwa inflasi rendah bukan berarti pasokan aman sepenuhnya.
“Yang perlu dijaga bukan hanya ketersediaan, tapi kecepatan distribusi. Balikpapan ini kota konsumsi. Kalau jalurnya tersendat, kita langsung kena,” ujarnya.
Untuk menahan lonjakan harga lebih jauh, Pemkot menyiapkan Pasar Murah di enam kecamatan pada akhir November dan awal Desember, dipusatkan di Pasar Inpres Kebun Sayur.
Adapun, komoditas pokok dijual di bawah HET, dengan selisih harga ditanggung pemerintah sebesar Rp3.000-Rp5.000 per item. Haemusri juga menyerukan agar masyarakat tidak terjebak pola belanja berlebihan menjelang akhir tahun.
“Belanja secukupnya itu juga bagian dari stabilisasi harga,” tegasnya.
Dengan ketergantungan logistik yang belum teratasi, Balikpapan masih harus berhitung cermat setiap menghadapi lonjakan permintaan Nataru.Disamping itu, pihaknya berupaya menjaga tempo harga, tetapi ketahanan pangan kota ini tetap sangat bergantung pada kelancaran kapal, truk, dan cuaca.
Penulis : Putri | Editor : Intoniswan
Tag: Bahan PanganPerdagangan