
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Tiongkok, AS, dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai ekspor gabungan ketiga negara tersebut sebesar USD 93,33 miliar. Nilai ini setara dengan 41,84 persen dari total ekspor nonmigas nasional pada Januari—Oktober2025.
“Sementara itu, negara tujuan ekspor dengan peningkatan tertinggi secara kumulatif, antara lain, Swiss dengan 217,99 persen, Bangladesh (38,09persen),dan Singapura (32,91persenCtC),” kata Menteri Perdagangan Budi Santoso (Busan), Selasa (2/12/2025).
Berdasarkan kawasannya, ekspor ke Afrika Barat mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 71,06persen, diikuti Asia Tengah sebesar 54,95persen dan Eropa Barat sebesar 45,87persen.
Impor Barang Modal Januari—Oktober 2025 Meningkat
Sementara negara asal impor nonmigas pada Januari – Oktober 2025 didominasi Tiongkok, Jepang, dan AS dengan kontribusi ketiganya mencapai 52,75 persen terhadap total impor nonmigas. Sementara itu, negara asal impor dengan kenaikan tertinggi adalah Meksiko sebesar 248,23 persen; Uni Emirat Arab sebesar 61,49 persen; serta Arab Saudi 31,90 persen(CtC).
Kinerja impor Oktober2025 tercatat sebesar USD 21,84miliar, naik7,42persen (MoM). Nilai initerdiri atas sektor nonmigas sebesar USD 19,03 miliardan migas sebesar USD 2,81 miliar.
“Secara kumulatif, impor Indonesia pada Januari–Oktober 2025 mencapai USD 198,16 miliar atau tumbuh 2,19 persen (CtC). Peningkatan ini didorong penurunan impor migas sebesar 12,67 persen sementara impor nonmigas naik 4,95persen (CtC),” ungkap Mendag Busan.
Struktur impor pada Januari—Oktober2025 masih didominasi bahan baku atau penolong dengan pangsa 70,45 persen, diikuti barang modal (20,46persen) dan barang konsumsi (9,09persen). Impor barang modal naik sebesar 18,67persen, namun impor bahan baku atau penolong dan barang konsumsi turunmasing-masing 1,25 persen dan2,05 persen (CtC).
“Kenaikan impor barang modal diantaranya disebabkan kenaikan impor central processing unit (CPU); ponsel pintar; mobil listrik; mesin penyortir, pengayak, pemisah atau pencuci; dan base station,” ujar Mendag Busan.
Selanjutnya, impor produk bahan baku atau penolong dengan penurunan terdalam, yaitu bahan bakar minyak, gula rafinasi, kacang kedelai, bungkil kedelai, serta polipropilena. Sementara itu, impor barang konsumsi dengan penurunan terdalam, antara lain, air conditioner (AC), bawang putih, mobil listrik completely knocked down (CKD), krimer nabati, dan buah apel.
Beberapa komoditas impor nonmigas pada Januari—Oktober2025 dengan peningkatan tertinggi, antara lain, garam, belerang, batu, dan semen (HS 25) yang naik 65,85 persen; kakao dan olahannya (HS 18) naik 64,09 persen; serta pupuk (HS 31) naik 33,23 persen (CtC).
Sumber: Siaran Pers Kemendag | Editor: Intoniswan
Tag: Perdagangan