
NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Keluarga korban tabrakan speedboat kembali geruduk Kantor Syahbandar dan Otorita Pelabuhan (KSOP) Nunukan. Keluarga korban didampingi pengusrus Lembaga Adat Tidung menuntut janji santunan yang tidak kunjung diselesaikan pengusaha pemilik speedboat SB Borneo Ekspress 2.
Orang tua dari motoris speedboat yang tewas dalam kecelakaan, Emanuel Kabelen, dalam sesi mediasi di kantor KSOP Nunukan mengatakan, putranya Rexy Joseph Babalen merupakan tulang punggung keluarga.
“Kami sudah 5 kali bolak balik ke kantor KSOP Nunukan meminta kejelasan santunan, kami hanya janji-janji nanti dibantu uruskan, tapi sampai sekarang tidak jelas,” kata Emanuel, Senin (08/12/2025).
Mediasi yang dihadiri perwakilan Polres Nunukan, pejabat KSOP Nunukan, Dinas Perhubungan, Polair Polres Nunukan serta pemangku Adat Tidung Nunukan, berjalan penuh emosi, karena korban merasa dipermainkan pemilik speedboat SB Borneo Ekspress 2.
Emanuel menumpahkan rasa kekecewaan sambil mengenang anaknya Rexy yang tewas dalam kecelakaan bersama seorang penumpang perempuan asal pulau Sebatik bernama Siti Nurharisa (24).
“Keluarga kami serba kekurangan dan kehidupan kami semakin berat setelah Rexy meninggal dunia, keluarga Siti Nurharisa juga pasti merasa kesedihan yang sama,” tuturnya.
Merasa terus dipermainkan KSOP Nunukan dan pemilik speedboat SB Borneo Ekspress 2, kedua keluarga korban kecelakaan meminta bantuan kepada lembaga adat untuk mempermudah penyelesaian masalah.
“Saya sudah capek mengurus ini, biarkan lembaga adat yang membantu semua masalah dua keluarga,” tuturnya.
Sementara itu, perwakilan Adat Tidung, Ismail dalam keterangannya menyesalkan berlarut- larutnya penyelesaian masalah santunan bagi kelaurga korban. Selama ini pihak pemilik speedboat SB Borneo Ekspress 2 tidak pernah memiliki itikad baik terhadap keluarga korban.
“Sejak kejadian kecelakaan 28 Juli 2025, mereka tidak pernah sekalipun datang meminta maaf ataupun sekedar menyampaikan permohonan maaf,” ujarnya.
Ismail menuturkan persoalan ini tidak akan melebar kemana-mana jika pemilik speedboat SB Borneo Ekspress 2 memiliki itikad baik. Sangat wajar apabila keluarga korban meluap emosi setiap datang ke KSOP Nunukan.
Atas nama lembaga adat Tidung, Ismail meminta semua pihak baik KSOP Nunukan, tim Gakkum Perhubungan Kaltara maupun pemilik SB Borneo Ekspress 2 bisa menyelesaikan persoalan dan memberikan kepastian paling lama 1 minggu kedepan,
‘’Sudah berulang kali datang mediasi tanpa hasil. Kami minta ini terakhir kali, apakah diselesaikan dengan baik atau tidak baik, kami akan terima dua duanya. Jangan salahkan kami kalau diselesaikan secara adat’’ tegasnya.
Tanggapan KSOP Nunukan
Perwakilan pejabat KSOP Nunukan, Wiwin Karoma menjelaskan penyelidikan kasus kecelakaan ditangani KSOP Tarakan bersama tim Gakkum Perhubungan Kaltara, adapun KSOP Nunukan hanya sebatas membantu perkara.
“KSOP Nunukan sudah berulang kali menyampaikan tuntutan keluarga korban, tapi sampai hari ini dari pemilik speedboat dan KSOP Tarakan tidak pernah merespon,” terangnya.
Sementara itu, Penanggung jawab Status Hukum dan Sertifikasi Kapal, KSOP Nunukan, Ahmad Tang, menerangkan, kehadiran Polres Nunukan dalam mediasi merupakan permintaan dari KSOP guna menjaga keamanan karena berpotensi terjadi anarkis.
“Tingkat emosional kasus ini cukup tinggi, kami memahami keadaan keluarga korban yang merasa dibohongi, kami sudah berupa menghadirkan pihak yang bertanggung jawab,” bebernya.
Kabag Ops Polres Nunukan, AKP Eka Berlin, dalam mediasi mengingatkan semua pihak menjaga keamanan, karena tensi kasus ini sangat tinggi, sehingga perlu tindakan cepat dari KSOP Nunukan maupun pemilik SB Borneo Ekspress 2
‘’Tersangka motoris SB Borneo Ekspress dititipkan sel tahanan Mako Polair Nunukan. Untuk status kasusnya masih P19,” jelasnya.
Demi keamanan dan memudahkan pengawasan, Polres Nunukan kembali menarik SB Borneo Ekspress 2 yang sebelumnya dibawa ke kota Tarakan selama proses penyidikan perkara.
“Kasus ini diproses oleh KSOP dan begitu pula mediasi santunan, Polres hanya membantu dan memastikan keamanan dan ketertiban,” ungkapnya.
Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan
Tag: Kecelakaan lautSantunan