Rudy Mas’ud Sebut Kerusakan Hutan Kaltim Cuma 40-60 Ribu Hektare

Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Provinsi Kalimantan Timur menjadi sorotan nasional salah satu penyumbang deforestasi tertinggi yakni 44.483 hektare sepanjang tahun 2024, berdasarkan data Yayasan Auriga Nusantara.

Deforestasi ini terjadi karena hilangnya tutupan hutan secara permanen akibat alih fungsi lahan yang terjadi di berbagai sektor. Mulai dari kayu, perkebunan, hingga pertambangan.

Berdasarkan data Yayasan Auriga Nusantara tersebut Kaltim menduduki peringkat pertama se-Indonesia disusul Kalimantan Barat 39.598 ha, Kalimantan Tengah 39.598 ha, dan Riau 20.812 ha.

Sumatera Selatan 20.184 ha, Jambi 14.839 ha, Aceh 8.962 ha, Kalimantan Utara 8.767 ha, Bangka Belitung 7.956 ha dan Sumatera Utara 7.303 ha.

Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud merespons. Menurutnya deforestasi itu tidak sebanding dengan luasnya hutan Kaltim yang masih tersisa saat ini.

“Luas hutan Kaltim ada 8,5 juta hektare, kerusakan hutan, iya. Tetapi dibandingkan luasnya hutan kita jauh. Hanya sekitar 40-60 ribu hektare,” kata Rudy ditemui di Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, Samarinda, Selasa 9 Desember 2025.

Namun, Rudy menegaskan dia tidak membenarkan deforestasi atau hilangnya tutupan hutan ini diperbolehkan. Di mana deforestasi ini ada aturannya, tidak boleh dilakukan secara sembarang.

Dari total luas hutan Kaltim 8,5 juta hektare itu, terdapat 4 juta hektare Areal Penggunaan Lain (APL) atau zonasi lahan non-hutan untuk pembangunan, dan 3 juta hektare areal perkebunan sawit.

“Dan 1,5 juta hektare berproduksi untuk kebun sawitnya, itu data dari Dinas Perkebunan dan Dinas Kehutanan Kaltim,” ujar Rudy.

Terkait penyebab deforestasi ini salah satunya alih fungsi lahan menjadi pertambangan. Rudy menegaskan Kaltim tidak bisa sepenuhnya menutup aktivitas tambang, karena salah satu sumber pendapatan terbesar Kaltim berada di sektor energi itu.

“Kita tidak anti tambang, itu bagian dari investasi kita. Tambang ini sudah sejak 1983 lalu sudah ada. Tetapi yang kita pikirkan bagaimana bijak melakukan tata kelola pertambangan tersebut,” terang Rudy.

Secara nasional, Kaltim menyumbang 52 persen dari total produksi batu bara nasional. Dari produksi nasional 836 juta ton, Kaltim menyuplai 437 juta ton di tahun 2024.

Dengan tingginya angka deforestasi itu, berpotensi terjadinya peristiwa banjir dan longsor. Untuk itu, Kaltim tengah melakukan langkah mitigasi dengan menyelenggarakan apel siaga bencana, serta memastikan seluruh sarana dan prasarana infrastruktur siap digunakan saat terjadi bencana.

Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi Kaltim akan berpotensi hujan dengan skala besar mulai 15-22 Desember 2025 nanti.

“Kita sudah siapkan seperti mobil-mobil pemadam kebakaran, alat kesehatan, mobil tanggal darurat kita pastikan siap. Jadi ketika terjadi apa-apa, kita siap akan hal buruk yang mungkin bisa terjadi,” demikian Rudy Mas’ud.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: