
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Perdagangan dalam negeri terus memainkan peran sentral dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Di tengah dinamika konsumsi masyarakat yang bergerak cepat, sektor ini tetap menjadi penopang utama pertumbuhan. Program belanja nasional pun diarahkan untuk memenuhi kebutuhan prioritas masyarakat menjelang Nataru.
Menteri Perdagangan Budi Santoso (Busan) mengatakan itu diacara pembukaan gelaran “Belanja di Indonesia Aja (BINA) Indonesia Great Sale 2025 -Wisata Belanja di Indonesia” hari, Kamis, (18/12) di Mal Kota Kasablanka, Jakarta.
Struktur PDB Indonesia pada triwulan III 2025 masih didominasi komponen konsumsi rumah tangga yang mencakup 53,14 persen atau lebih dari setengah PDB. Konsumsi masyarakat yang terus meningkat juga tecermin dari indeks penjualan riil yang tumbuh 4,30 persenpada Oktober 2025 bila dibandingkan dengan Oktober 2024.
“Capaian ini didukung oleh terjaganya pasar dalam negeri melalui pengamanan pasokan dan stabilisasi harga. Pertumbuhan perdagangan dalam negeri selama ini tidak terlepas dari peran nyata para pelaku industri ritel,” kata Mendag Busan.
Badan Pusat Statistik mencatat, sektor ritel berkinerja kuat pada triwulan III 2025. Pada periode tersebut, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04 persen dibanding triwulan III 2024, indeks penjualan eceran riil naik 4,67 persen dibanding triwulan III 2024, serta transaksi ritel elektronik (e-retail) dan lokapasar (marketplace) tumbuh 6,19 persen dibanding triwulan II 2025.
Turut hadir dalam pembukaan BINA Indonesia Great Sale2025, yaitu Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah, Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja, serta perwakilan dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian UMKM.
Sementara itu, Menpar Widiyanti mengatakan, ada benang merah yang kuat antara wisatawan dan wisata belanja. YouGov mencatat, pada 2023, 27 persen wisatawan Indonesia termotivasi untuk berbelanja saat berlibur baik di luar maupun di dalam negeri.
“Wisata belanja (shopping tourism) pun menjadi tema pariwisata yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan perjalanan dan kunjungan wisatawan,” ujarnya.
Kemudian, Alphonzus dari APPBI mengatakan, BINA Indonesia Great Sale 2025 didukung oleh berbagai kelas pusat perbelanjaan. Alphonzus juga menyampaikan, momen Nataru tepat untuk mendorong minat belanja sebagai puncak penjualan (peak season) kedua setelah Ramadan dan Idulfitri.
“Triwulan IV 2025 menjadi sangat penting untuk memastikan seluruh penjualan bisa dimaksimalkan untuk menutup tahun. Kemudian, triwulan I 2026 menjadi sangat penting karena di sana ada puncak penjualan ritel Ramadan dan Idulfitri. Kami optimistis karena di triwulan IV 2025 ada Natal dan momen akhir tahun, kemudian triwulan I 2026 ada Tahun Baru, Imlek, Ramadan, dan Idulfitri,” kata Alphonzus.
Budihardjo dari Hippindo berharap, BINA Indonesia Great Sale 2025 menjadi solusi mengalihkan masyarakat dari belanja di luar negeri ke belanja di dalam negeri. Untuk itu, Hippindo berkomitmen meningkatkan sinergi merek-merek lokal dan global untuk bersama-sama meningkatkan penjualan di Indonesia.
Upaya lebih juga telah dilakukan untuk meningkatkan konsumsi produk lokal dengan cara mencari pemasok produk-produk lokal berkualitas untuk dimasukkan ke jaringan ritel dan pusat-pusat perbelanjaan.
“Kami juga berkoordinasi dengan sektor UMKM dan industri kecil menengah (IKM) untuk mencari pemasok. Kami mendukung berbagai program UMKM dengan mencari pabrik dan pemasok produk lokal. Kami butuh barangnya, dan semoga barang-barang tersebut dapat kita siapkan untuk dijual di toko-toko kita,”ungkap Budihardjo.
Sumber: Siaran Pers Kemendag | Editor: Intoniswan
Tag: belanja