
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama OceanX kembali menjalankan misi penelitian laut di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, yakni di Sulawesi Utara. Misi ini bertajuk “OCEANX-BRIN: Collaborative Deep-sea Research and Capacity Building Program 2025 – Mission Leg 1”. Riset ini berfokus pada karakterisasi gunung bawah laut (seamounts) sebagai habitat penting bagi keanekaragaman hayati laut dalam.
Dalam laporan langsung dari kapal penelitian canggih OceanXplorer, Jumat (19/12), tim peneliti mengungkap sejumlah temuan awal signifikan, mulai dari aspek geologi hingga megafauna laut melalui pemetaan hingga kedalaman 4.500 meter.
Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN, Nugroho Dwi Hananto, menyatakan 70 persen wilayah laut Indonesia adalah laut dalam yang belum tereksplorasi. Hal ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menemukan kekayaan alam baru yang bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan sekaligus meningkatkan nilai ekonomi bangsa.
“Tahun 2025 ini merupakan kali kedua riset ilmiah kelautan antara OceanX dan BRIN. Pada tahun ini, tema yang kita pilih adalah Multiparameter Characterization of Seamounts as Critical Habitat for Sustaining Biodiversity in Northern Sulawesi with Identification of Vulnerable Marine Ecosystem Criteria,” kata Nugroho.
Misi pertama (Leg 1) ini fokus pada pemetaan dasar laut, kondisi arus samudra, hingga mamalia laut dan sebaran rumpon di perairan Sulawesi. Seluruh data dan sampel yang dikumpulkan akan disimpan dengan aman di Repositori Ilmiah Nasional, kemudian dikelola dan diteliti lebih lanjut oleh para ilmuwan dalam negeri, tanpa ada data yang dikirim ke luar negeri.
Mengawali arahan untuk kegiatan riset berkelanjutan ini, Wakil Kepala BRIN, Amarulla Octavian, menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh pihak yang terlibat, mulai dari menteri, lembaga, jajaran tim kapal, teknisi kapal OceanXplorer yang dipimpin oleh Nahkoda Roger Solem dan Expedition Lead Andrew Craig, para periset dari ITB, ITS, IPB, Politeknik Negeri Batam, Universitas Halu Oleo, serta Indo Ocean Foundation yang berkesempatan mengikuti misi langka ini.
Misi ini juga didampingi oleh tim pengamanan dari Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) dan Kementerian Pertahanan, dijalankan dengan pengawasan ketat untuk memastikan seluruh operasional penelitian sesuai dengan prosedur keamanan nasional. Kehadiran para Security Officer dan Ship Rider di atas kapal menjadi bukti nyata kuatnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga kekayaan laut Indonesia.
Selain aspek keamanan, Amarulla juga menekankan pentingnya pengelolaan operasional riset yang terkoordinasi dengan baik.
Sementara itu, Plt. Kepala Pusat Riset Laut Dalam BRIN, Marina C.G. Frederik, menjelaskan mekanisme sinkronisasi dan orkestrasi berbagai kegiatan riset yang berlangsung secara bersamaan, mulai dari pengambilan sampel laut hingga pemetaan dan pengoperasian wahana teknologi.
“Setiap sore, kami ada rapat untuk pelaksanaan kegiatan esoknya, dilanjut pemetaan di malam hari. Sejak pagi hari, tim mulai mengambil sampel dan sedimen dari berbagai kedalaman. Setelah pengumpulan, dilanjut mengidentifikasinya secara ringkas. Kemudian, kami harus membungkus untuk persiapan pemindahan ke repositori,” ungkap Marina.
Selain menjelaskan mekanisme operasional harian, Marina turut memaparkan tujuan dan output dari riset laut dalam yang tengah dilakukan. Penjelasan ini memberi gambaran hasil ilmiah yang diharapkan, mulai dari pemetaan dasar laut, penelitian biota, hingga studi geologi gunung bawah laut.
Proses pemetaan dilakukan dengan pembagian shift untuk menjaga kualitas data dan menghasilkan model elevasi harian secara langsung. Data tidak hanya digunakan untuk mengidentifikasi bentuk rupa bumi yang nantinya akan diusulkan penamaannya oleh tim BIG dan Pushidrosal, tetapi dikaji secara kolaboratif. Para ahli geologi dan biologi bekerja sama untuk mendapatkan gambaran keseluruhan mengenai proses pembentukan rupa bumi serta tingkat jangkauan juga yang mendukung kehidupan di bawah laut.
Pada kesempatan tersebut, Amarulla juga berdialog dengan Expedition Lead OceanX, Andrew Craig, untuk memperoleh pandangannya mengenai pelaksanaan riset di perairan Indonesia serta interaksi dan kolaborasi yang terjalin dengan para ilmuwan nasional.
“Selama kurang lebih tiga minggu ekspedisi, kami mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Seluruh tim peneliti sangat terhubung serta memahami peran masing-masing,” ujar Andrew Craig.
Ia menilai pelaksanaan riset di perairan Indonesia berjalan sangat produktif, didukung kesiapan sumber daya manusia serta pemanfaatan fasilitas kapal riset secara maksimal. Menurutnya, kelengkapan teknologi yang tersedia memungkinkan pengambilan sampel dan data ilmiah dalam jumlah besar yang bernilai penting bagi penelitian lanjutan.
“Kami sedikit tidak yakin bagaimana kita akan menggunakan kapal yang luar biasa ini. Tapi kami memahaminya dengan perlahan, banyak sampel, banyak informasi yang bisa diambil dari kapal ini,” ungkapnya.
Melalui kolaborasi ini, para periset Indonesia diharapkan dapat terus melakukan eksplorasi lanjutan di perairan samudra untuk menguatkan keragaman hayati dan geologi perairan Indonesia.
Sumber: Siaran Pers BRIN | Editor: Intoniswan
Tag: BRINIptek