Afrika Selatan Dilanda Kerusuhan ‘Menentang Warga Negara Asing’

aa
Polisi berusaha melumpuhkan para perusuh yang menjarah toko dan membakar mobil. (Hak atas foto Getty Images Image caption)

CAPE TOWN.NIAGA.ASIA-Afrika Selatan menutup sementara kedutaan besarnya di Nigeria di tengah kekhawatiran aksi balasan atas kekerasan yang dialami warga negara Nigeria di Afrika Selatan.

Kementerian Luar Negeri mengatakan langkah itu ditempuh dengan mempertimbangkan keselamatan para staf dan setelah muncul ancaman.

Sebelumnya, Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa mengecam serangkaian kekerasan dan penjarahan yang terutama menyasar warga negara asing. “Tidak ada alasan bagi warga Afrika Selatan untuk menyerang orang dari negara-negara lain,” katanya pada hari Selasa (03/09).

Puluhan orang ditahan di Johannesburg pada hari Senin, dan setidaknya lima orang meninggal dunia karena kerusuhan. Pemerintah negara-negara Afrika lainnya memperingatkan warganya terkait kekerasan tersebut.

Serangan terhadap bisnis yang dijalankan warga asing merupakan “sesuatu yang sama sekali tidak bisa diterima, sesuatu yang tidak bisa dibiarkan terjadi di Afrika Selatan,” kata Ramaphosa lewat sebuah video di Twitter. “Saya ingin ini berhenti segera,” tambahnya.

Dalam kesempatan terpisah, Uni Afrika atau African Union (AU) mengeluarkan pernyataan yang mengutuk “sekeras-kerasnya” tindakan kekerasan yang “tercela” ini.

Polisi menembakkan gas air mata, peluru karet dan granat untuk melumpuhkan kerusuhan hari Senin (02/09). Kekerasan meningkat ketika kerumunan orang menjarah toko, membakar kendaraan dan menyasar truk yang dikemudikan warga asing. Kekerasan berlanjut pada hari Selasa di Alexandra, Johannesburg.

aa
Polisi menangani orang-orang yang akan menjarah. (Hak atas foto AFP Image caption)

Sejumlah warga kota yang marah mendesak pemerintah untuk mendeportasi imigran gelap, lapor wartawan BBC, Nomsa Maseko. Tetapi seorang pengusaha warga Nigeria yang tokonya dijarah mengatakan kepada BBC bahwa warga asing di Afrika Selatan menjadi korban “banyak tuduhan dan kebohongan”. “Ini adalah serangan kriminal. Ini adalah serangan xenophobia,” katanya.

Reaksi sejauh ini

Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari mengirim utusan ke Afrika Selatan pada hari Selasa untuk “menyatakan ketidaksenangan Nigeria terkait perlakuan yang dialami warganya”.

Kedutaan di Afrika Selatan menyatakan terjadinya “anarki”. Pemerintah Nigeria menuduh bisnis milik warganya di Johannesburg menjadi sasaran kekerasan dan mendesak warga Nigeria melaporkan apa yang mereka alami.

Kedutaan Ethiopia di Afrika Selatan mendorong warganya untuk menutup tempat usaha selama ketegangan masih berlangsung, lapor media Ethiopia Fana Broadcasting Corporate (FBC). Mereka juga mendorong warga Ethiopia untuk “tidak berada di tempat terjadinya konfrontasi dan konflik” dan tidak keluar rumah mengenakan perhiasan mahal.

Sementara itu Kementerian Perhubungan Zambia menyatakan pengemudi truk harus “menghindarkan diri mengunjungi Afrika Selatan sampai keamanan membaik”. Pernyataan ini mengacu kepada sejumlah serangan terhadap pengemudi truk asing. Situs berita Afrika Selatan, IOL melaporkan terjadinya sejumlah kejadian penjarahan kendaraan.

Tetapi Menteri Kepolisian Afrika Selatan, Bheki Cele, mengatakan pada hari Senin bahwa penyebab kekerasan bukan xenophobia atau rasa benci terhadap orang asing, melainkan kriminalitas biasa.

“[Xenofobia] dijadikan alasan,” katanya kepada para wartawan setelah mengunjungi pusat perdagangan Johannesburg di mana banyak terjadi kerusuhan. “Tidak ada yang memicu konflik antara warga Afrika Selatan dan warga asing.”

Ini bukan pertama kalinya Afrika Selatan diguncang oleh kekerasan antiasing. Tahun 2015, kekerasan terhadap orang asing terjadi begitu buruk sehingga stadion olah raga di Durban diubah menjadi kamp pengungsi bagi orang Afrika yang menghindar dari penjarahan dan kekerasan.

Sumber: BBC News Indonesia