Ahli Menyebut 24 Faktor Penyebab Banjir di Balikpapan Belum Ditangani Semua

Pagar rumah warga roboh diterjang banjir di Balikpapan, menimpa rumah warga di sebelahnya. Hingga sore ini dilaporkan tidak ada korban jiwa akibat banjir dari dihari Rabu (16/3/2022). (Foto Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas)  Balikpapan)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Banjir besar yang melanda sebagian kawasan permukiman di Kota Balikpapan, hari ini, bukan kejadian yang tak bisa diduga sebelumnya, karena ahli yang pernah melakukan penelitian menyebut sebanyak 24 faktor penyebab banjir, belum ditangani  semua oleh Pemerintah Kota Balikpapan.

Ahli yang melakukan penelitian penyebab banjir di Balikpapan, bekerjasama dengan Pemerintah Kota Balikpapan itu adalah Nur Awaliyah,Ariyaningsih, dan Achmad Ghozali. Ketiganya dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Kalimantan di Balikpapan.

Di resume hasil penelitiannya yang dipublikasikan di Jurnal Penataan Ruang Vol. 15 Nomor 2 Tahun 2020 , ketiganya mengatakan, dari 24 faktor penyebab banjir tersebut, rinciannya disebutkan, 10 karena faktor eksternal dan 14 karena faktor internal yang mempengaruhi terjadinya banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ampal.

Faktor internal penyebab banjir antara lain, kapasitas sungai, kapasitas drainase, infiltrasi tanah, tinggi aliran air, debit normal, limpasan air, erosi, sedimientasi, luas DAS, bentuk DAS, topografi, morfometri, geologi, dan vegetasi.

Sedangkan faktor eksternal penyebab banjir adalah, intensitas hujan, tata guna lahan, perilaku membuang sampah, kawasan kumuh, perencanaan sistem pengendalian banjir, pemeliharaan bendali, pemeliharaan drainase, lokasi permukiman di sempadan sungai, serta jarak bangunan terhadap sungai.

“Secara umum program  yang dilaksanakan pemerintah sudah sesuai dengan faktor penyebab banjir, namun terdapat beberapa program masih berupa rencana (belum ditindaklanjuti),” ujarnya.

Program mengatasi banjir yang belum tuntas itu, lanjut ketiganya, yakni yang berkaitan dengan faktor kapasitas sungai, kapasitas drainase, infiltasi tanah, perencanaan pengendalian banjir, berupa normalisasi Sungai Ampal, pemasangan 35 flood warning system, program kampung iklim, pembangunan 13 bendali pada DAS Ampal.

“Lainnya yang belum dilaksanakan adalah pemeliharaan bendali, padahal itu sangat berpegaruh banjir DAS Ampal,” lajut ketiganya.

“Kunci mengatasi banjir di Balikpapan DAS Ampal,” tegasnya.

Ahli menyebut kunci mengatasi banjir di Balikpapan, pada DAS Ampal. (Foto Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Balikpapan)

              Ketiga ahli dari ITK Balikpapan itu mengungkap, di periode 2009-2015 terjadi peningkatan tutupan lahan kawasan hunian di Balikpapan seluas 13,34 hektar per tahun. Seiring dengan itu terjadi pula peningkatan genangan yang disebabkan oleh menurunnya kemampunan drainase sebesar 30% dalam menampung volume genangan setiap tahunnya.

“Pada tahun 2016 luasan genangan di Kota Balikpapan meningkat hingga 11,34 ha,” ungkapnya.

Diketahui bahwa DAS Ampal terdiri dari 21 Sub DAS dengan luasan dan panjang sungai utama yang berbeda-beda. Sepanjang tahun 2015, bencana banjir telah melanda Kota Balikpapan sebanyak 88 kejadian dengan 38 titik banjir berada di DAS Ampal. Pada tahun 2016, kejadian
banjir meningkat menjadi 89 kejadia.

“Dari 89 kejadian tersebut, 9 Kelurahan yang dilewati DAS Ampal,” tulisnya.

              Ketiga peneliti itu juga melaporkan, wilayah yang mereka teliti adalah DAS Ampal/Klandasan Besar yang memiliki luas 2.679,9 hektar, meliputi Kecamatan Balikpapan Balikpapan Utara, Balikpapan Tengah, Balikpapan Selatan, dan Kecamatan Balikpapan Kota.

Sungai Ampal/Klandasan Besar memiliki panjang 4,89 kilometer dengan rata-rata memiliki lebar permukaan 14-27 meter dan kedalaman lebih kurang 2 meter.

“Terdapat 1 saluran primer, 16 saluran sekunder, dan 53 saluran tersier pada DAS Ampal,” ungkapnya.

Gubernur Kaltim, H Isran Noor saat meninjau banjir di Kota Balikpapan, bantuan penanganan banjir di balikpapan juga dikucurkan melalui bantuan keuangan APBD Kaltim. (Foto Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Balikpapan).

Total kapasitas saluran pada DAS Ampal adalah 3.729,35 m3 dengan rata-rata kapasitas saluran 219,37 m3. Pada kondisi hujan rata-rata normal yaitu 11 mm, akan diperoleh limpasan air hujan yang harus ditampung pada sistem drainase Ampal sebesar 819.570 m3.

Dari data tersebut diketahui, ungkap ketiga peneliti tersebut, total debit normal air  mengalir sebesar 192 m3/detik. Oleh karena itu, dalam waktu lebih kurang 1 jam, seharusnya limpasan air hujan sudah bisa teralirkan ke laut.

“Namun berdasarkan kondisi eksisting, masih terjadi banjir di DAS Ampal, karena 24 faktor penyebab banjir belum ditangani,” papar ketiga peneliti tersebut.

Penulis : Intoniswan | Editor : Intoniswan

Tag: