Air Sungai Karang Mumus Masuk ke Bengkuring dari Celah Turap yang Belum Tersambung

Ketua Komisi III DPRD Kota Samarinda Deni Hakim Anwar (kiri) saat mendampingi Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji meninjau permukiman yang terdampak banjir di Bengkuring, Samarinda Utara, Kamis (29/5/2025) (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Ketua Komisi III DPRD Samarinda, Deni Hakim Anwar, mengatakan, banjir di kawasan Bengkuring berasal dari air sungai Karang Mumus yang masuk dari celah turap Sungai Karang Mumus yang belum tersambung sepanjang 20 meter.

Hal itu disampaikannya usai mendampingi Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, meninjau titik-titik terparah banjir di Bengkuring, Kelurahan Sempaja Timur, Samarinda pada Kamis (29/5).

“Setelah mendampingi Pak Wakil Gubernur Kaltim dan Ketua DPRD Samarinda melakukan peninjauan, kita akan memanggil Dinas PUPR serta perangkat daerah lain untuk membahas langkah-langkah penanganan banjir di Kota Samarinda,” ujar politisi Gerindra ini.

Dalam tinjauan tersebut, Deni juga menyoroti progres pembangunan turap dan pintu air di anak Sungai Karang Mumus. Ia mengungkapkan adanya jarak sepanjang 20 meter yang belum tersambung antara pintu air dan turap sebelumnya.

“Tadi kita lihat langsung. Dari lokasi sampai ujung kurang lebih 20 meter itu belum ada turap. Ini yang harus segera dibangun. Kita rencanakan koordinasi dengan dinas terkait untuk memastikan perencanaannya,” terangnya.

Rencana ke depan, menurut Deni, Pemerintah Kota Samarinda akan berkomunikasi langsung dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) supaya pembangunan turap sebagai pengendali limpasan air saat sungai pasang di daerah Bengkuring bisa dilanjutkan.

Tak hanya itu, ia juga membocorkan bahwa akan ada tambahan pintu air hingga sembilan titik untuk membantu mengatur aliran air menuju anak sungai Karang Mumus.

“Sekarang baru ada satu pintu air. Idealnya ada sembilan titik supaya bisa memecah aliran. Dan ini jadi PR besar kita,” katanya.

Harapannya, proyek-proyek ini bisa segera direalisasikan pemerintah, mengingat urgensi pengendalian banjir yang makin sering terjadi.

“Mudah-mudahan bisa segera dijalankan. Tidak hanya soal turap, tapi juga pembenahan kolam retensi yang selama ini jadi andalan untuk menampung air,” tuturnya.

Lebih lanjut, Deni menekankan pentingnya melibatkan semua elemen pemerintahan dan masyarakat. Menurutnya, penanganan banjir harus dilakukan dengan cara berkolaborasi dan berkomitmen bersama.

“Sekali lagi ini tanggung jawab kita bersama. Tidak hanya pemerintah kota, tapi provinsi, pusat, bahkan masyarakat juga harus terlibat. Kita harus bahu-membahu meringankan beban warga yang terdampak,” pungkasnya.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan  

Tag: