
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Prevalensi penyakit jantung dan stroke di Kalimantan Timur (Kaltim) pada level nasional, menduduki peringkat 3 nasional. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan merokok atau terpapar polusi udara akibat asap rokok. Prevalensi merokok di Kaltim jutru melampui angka rata-rata nasional, yaitu sebesar 18,3% untuk usia sama dan di atas 10 tahun.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, mengatakan itu ketika membuka Seminar Kesehatan dengan tema ”Merdeka Tanpa Asap Rokok dan Vape” selama satu hari di Gedung Olah Bebaya, Kompleks Rumah Jabatan Gubernur Kalimantan Timur (14/8).
Pengertian merdeka bukan hanya merdeka dari penjajahan, tetapi juga bebas dari asap rokok.
“Walaupun kita tidak merokok, tetapi kalau kanan kiri, depan dan belakang kita ada orang yang merokok, maka udara atau oksigen yang kita serap, sudah terpapar zat adiktif atau tar, yang menyebabkan kita bisa mendapatkan serangan penyakit jantung, penyakit paru dan penyakit kanker,” ucap Jaya, sebagaimana dilaporkan Jauhar Efendi untuk Niaga.Asia.
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke 80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur menyelenggarakan Seminar Kesehatan, dengan mengambil tema ”Generasi Cerdas, Pilih Sehat: Merdeka Tanpa Asap Rokok dan Vape!”.
Seminar diikuti oleh sekitar 150 orang peserta, baik dari Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi maupun Kota Samarinda, Perguruan Tinggi dan Organisasi Komunitas yang berkecimpung di bidang kesehatan, termasuk para remaja/pelajar, sebagai target sasaran seminar.”
Seminar menghadirkan dua narasumber yang kompeten di bidangnya, yaitu dr. Aryo Dirgantara Putra, Sp.Paru, menyampaikan materi tentang ”Bahaya Rokok dan Vape terhadap Paru-paru dan Kesehatan Remaja”, serta ”Upaya Pencegahan dan Berhenti Merokok”.
Selain itu, juga menghadirkan narasumber dari Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kaltim, Robi Setiawan, SH. Materi yang disampaikan tentang ”Peran Satpol PP dalam Penegakan Kawasan Tanpa Rokok”.
Sebelum seminar kesehatan dimulai, Panitia Seminar menayangkan video edukasi tentang ”Bahaya Rokok dan Vape”. Vape atau rokok elektronik ini juga tidak kalah bahayanya dibandingkan dengan rokok konvensional.
Prevalensi merokok di Kaltim di atas rata-rata nasional
Untuk diketahui, bahwa Negara Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara dengan tingkat konsumsi rokok tertinggi di dunia, setelah China dan India. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, prevalensi perokok usia 10-21 tahun, masih cukup tinggi, yaitu sebesar 12,4%.
Fenomena ini tentu sangat membahayakan bagi masa depan generasi muda Kaltim. Apalagi Kaltim juga pernah dinobatkan sebagai peringkat kedua penyalahgunaan narkotika. Jika kedua kasus ini (prevalensi merekok dan penyalahgunaan narkotika) tidak diturunkan, maka mimpi Kaltim menuju generasi emas sulit terwujud.
Sementara Ketua Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Cabang Kaltim, Wahyu Hernaningsih Seno Aji, menugaskan 6 orang untuk mengikuti seminar yang cukup penting ini.
”Banyak anak usia remaja yang sudah kecanduan rokok,” katanya.
Menurut Wahyu Hernaningsih, YJI ingin tahu bagaimana kiat yang jitu untuk menyelematkan generasi muda kita, agar tidak kecanduan rokok, supaya terhindar dari penyakit jantung, yang salah satu penyebabnya adalah karena kecanduan rokok atau terpapar asap rokok.
Sebelum ditutup, acara seminar diakhiri dengan penandatanganan Deklarasi Komitmen ”Masyarakat dan Pelajar Anti Rokok dan Vape”.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: Rokok