Aktivitas Sawit Malaysia Menurun, PMI Pulang Lewat Krayan

Kepala BP2PMI Nunukan Kombes Pol. Hotma Victor Sihombing. (Foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Aktivitas kerja di perkebunan Sawit di Malaysia mengalami penurunan bersamaan pandemi Covid-19, dari itu sebagian dari pekerja migran Indonesia (PMI) berhenti dan memilih pulang ke Indonesia melalui jalan darat (Kecamatan Krayan) sebab, melalui jalur laut tertutup.

Menurunnya aktivitas perkebunan di Malaysia, ikut berdampak bagi PMI. Hal ini dibuktikan dengan adanya puluhan orang  PMI pulang ke Indonesia melalui perbatasan Long Bawan, Kecamatan Krayan.

Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2PMI) Nunukan Kombes Pol. Hotma Victor Sihombing menuturkan, marakanya kepulangan PMI Malaysia, lewat perbatasan Krayan mulai terjadi di tahun 2020.

“Kemarin Jum’at ada 6 orang, hari sabtu ada lagi 6 orang pulang, mereka berhenti kerja karena aktivitas perkebunan menurun,” katanya pada Niaga Asia, Senin (05/04).

Kepulangan PMI pada Jum’at tanggal 02 April 2021 terdiri 2 orang laki-laki dewasa, 2 wanita dewasa dan 2 anak-anak, sedangkan kepulangan Sabtu 03 April terdiri, 5 laki-laki dewasa dan 1 perempuan dewasa.

Dua kelompok PMI ini bekerja di perusahaan sawit yang berbeda, namun lokasi perusahaan sama-sama di wilayah Bekelalan Lawas, Serawak Malaysia. Para PMI pulang dari Malaysia ke Long Midang Krayan, memanfaatkan jalur darat perbatasan.

“Mereka lewat jalur darat naik kendaraan menuju perbatasan Krayan, jalur ini sama persis dengan kepulangan kelompok PMI sebelumnya,” Sihombing.

berita terkait:

Setop Kerja di Malaysia, 4 Pekerja Migran Pulang Lewat Krayan Habiskan Rp14 Juta

Selain kurangnya pekerjaan di perusahaan sawit, PMI mengeluhkan gaji pekerja yang terus turun sejak tahun 2020, terkadang bayaran gaji pekerja tidak lancar karena intensitas kerja tidak setiap hari lagi.

Bersamaan kepulangan PMI, BP2PMI Nunukan telah berkoordinasi dengan Camat Krayan, dan menghimbau BMI yang ingin kembali ke Malaysia agar tetap melengkapi diri dengan dokumen ketenagakerjaan.

“Sesampai di Krayan, PMI dikirim ke BP2MI untuk dijadwalkan pulang ke daerah asal dengan syarat tetap menjalani karantina 5 hari sebelum diberangkatkan,” terangnya.

Dari 12 orang rombongan PMI, dua orang perempuan berasal dari Tarakan dan Sei Nyamuk, Kecamatan Sebatik,  keduanya berada di Malaysia hampir 1 tahun tanpa dilengkapi dokumen paspor.

“Saya datang ke Malaysia ketemu orang tua. Selama disana, kami sembunyi-sembunyi takut tertangkap Polisi dan Imigrasi,” sebut Sri Ayu.

Ayu menceritakan, banyak dari PMI pulang berjalan kaki dari Serawak menuju perbatasan Krayan, bagi yang punya urang bisa menumpang kendaraan roda empat warga Malaysia, namun cara ini tidak selalu berhasil.

Warga Malaysia takut kendaraannya dijadikan tumpangan mengantar PMI ke perbatasan Malaysia, karena itulah, ongkos bayar kendaraan cukup tinggi antara 500 sampai 1.000 Ringgit Malaysai, belum lagi biaya makan dan minum selama di perjalanan.

“Saya mau pulang tahun 2020, tapi pengawasan di Malaysia sangat ketat, polisi lockdown jalur-jalur perbatasan,” tutupnya.

Penulis : Budi A | Editor : Rachmat Rolau

Tag: