
NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Orang tua dari 82 murid PAUD dan SD di Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, mengaku trauma paska anaknya keracunan setelah menyantap MBG (Makan Bergizi Gratis) hari Selasa (30/9/2025) lalu, dan minta anak mereka tidak usah dikasih lagi MBG.
Anak yang keracunan MBG dengan gejala mual-mual, pusing, berak-berak, dan sakit perut hingga harus mendapat pertolongan medis di puskesmas-puskesmas dan RS Pratama itu tersebar di SDN 04 Sei Limau, SDN 05 Sei Limau, MI Darul Furqon, dan PAUD Ar Rahman, Sei Limau.
Sedangkan penyedia jasa MBG yang membuat anak-anak keracunan adalah YBPY dengan penanggung jawab Eka Riskayadi, beralamat di Jalan H B Rahim, RT 8, Desa Sei Pancang, dimana meneyediakan 992 porsi MBG setiap hari sekolah.
Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 04 Sei Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Sittiara Razak mengatakan, paska keracunan 30 September 2025, banyak orang tua murid mengirim pesan WhatsApp maupun meneelpon ke guru meminta anaknya tidak usah diberikan MBG.
“Banyak orang tua trauma dengan MBG, anak-anak mereka juga takut kejadian kemarin terulang, begitu pula guru di sekolah ada rasa kecemasan,” kata Sittiara, Rabu (01/10/2025).
Menurut Sittiara, program Presiden Prabowo Subianto yang memberikan makan gratis bagi anak-anak di sekolah merupakan hal positif jika membawa kebaikan bersama, namun akan tidak baik apabila muncul persoalan seperti keracunan.
Sebagian orang tua yang sibuk dengan pekerjaan berangkat pagi dari rumah biasanya tidak memiliki waktu menyiapkan sarapan bagi anaknya. Lewat MBG kebutuhan sarapan atau makan ini terpenuhi dengan baik.
“Jujur kami sangat bahagia menerima MBG yang sudah dinantikan sejak lama, anak-anak senang melompat-lompat bahagia, tapi kebahagian itu berubah cerita trauma,” tuturnya.
Sittiara menerangkan, dari 40 siswa SDN 04 Sei Limau yang diduga keracunan menu MBG, 10 orang lebih dengan gangguan muntaber cukup parah rujuk ke Puskesmas Sei Taiwan, Kecamatan Sebatik.
Sedangkan anak – anak lainnya yang hanya mengalami muntah-muntah biasa dibawa ke Puskesmas Sei Nyamuk, Kecamatan Sebatik Timur dan Puskesmas Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah.
‘’Ada murid kami membawa pulang menu MBG ke rumah, lalu dimakan neneknya, akhirnya neneknya ikut keracunan,” ungkapnya.
Saat terjadi keracunan, menu MBG yang dihidangkan ke murid berupa nasi putih, telur rebus bumbu, tahu goreng bumbu serta sayuran kol. Sittiara mengaku sempat mencicipi sayuran kol sebelum mempersilahkan anak-anak makan.
“Waktu menu MBG datang, saya sempat meminta izin murid untuk lebih dulu mencicipi, karena dirasa aman, saya persilahkan anak-anak makan,” lanjutnya.
Kepanikan anak-anak keracunan terjadi pula di MI Darul Furqon. Madrasah, sekolah yang berada di tapal batas negara Indonesia itu awalnya senang menerima menu MBG di bulan September 2025.
‘’Waktu saya pulang ke rumah habis mengajar pukul 15:00 Wita, tiba-tiba guru asrama telpon menginformasikan anak-anak mengalami berak dan muntah,” ujar Kepsek MI Darul Furqon, Adnan Lolo.
Mendengar kepanikan guru di asrama, Adnan kembali ke sekolah dan menemukan 11 anak murid dalam kondisi muntaber. Semua guru sempat kebingungan karena tidak ada mobil untuk membawa anak ke Puskesmas.
Pihak sekolah sempat menghubungi Danpos Satgas Pamtas Pamtas RI – Malaysia di Pos Bukit Keramat, meminta obat untuk anak anak yang muntaber, namun disana juga sedang kosong persiapan obat muntaber.
“Kami semua pusing mencari mobil, sudah coba telpon orang tua murid yang ada mobil, tapi katanya mobilnya sedang muat buah sawit,” ungkap Adnan.
Kemudian, lanjut Adnan, tidak berapa lama pihak pengelola menu MBG Yayasan Bina Pendidikan Yatim menghubungi sekolah menanyakan kondisi murid, dan menawarkan jemputan mobil apabila perlu dirujuk ke Puskesmas.
Adnan menduga pihak pengelola MBG berusaha menghubungi semua sekolah untuk memastikan kesehatan anak, sekaligus menawarkan mobil jemputan jika perlu kendaraan selain ambulan Puskesmas.
“Setelah kejadian itu, dari kemarin sampai hari ini banyak orang tua murid menghubungi sekolah minta anak-anaknya tidak diberikan MBG,” terangnya.
Sebagian orang tua murid juga meminta anak-anaknya diizinkan membawa bekal makanan masakan dari rumah, sedangkan untuk MBG silahkan diberikan kepada siapa yang bersedia.
Terhadap persoalan ini, sekolah mengambil langkah untuk meliburkan pembelajaran guna memulihkan kesehatan anak. Adnan juga belum memutuskan apakah tetap menerima kiriman menu MBG atau memberhentikan.
“Saya bingung kalau anak-anak tidak diperbolehkan makan MBG, jadi nanti makanannya untuk siapa, apakah boleh untuk makan guru atau bagaimana,” ungkapnya.
Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan
Tag: MBG