Andi Harun Sebut Tak Semua Tepi SKM Dibeton

Wali Kota Samarinda, Dr.  H Andi Harun. (Foto Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Wali Kota Samarinda, Dr. H  Andi Harun saat memberikan kata sambutan sebelum melakukan penanaman pohon di sempadan sungai, menyebutkan bahwa tidak semua tepi Sungai Karang Mumus (SKM) dilakukan penurapan atau dibeton, sehingga masih ada sempadan yang dibiarkan natural.

“Di kawasan tertentu tidak akan dilakukan penurapan di tepi SKM, namun akan dibiarkan natural untuk menjaga ekosistem sungai, sehingga komunitas pecinta sungai tidak perlu risau,” kata Andi Harun saat melakukan penanaman pohon di sempadan SKM di sisi Kampus Universitas Mulawarman, Sabtu (29/1).

Tahun 2020 ketika ia masih calon Wali Kota Samarinda, kata dia, saat itu ia menyempatkan berbincang dengan tokoh pecinta sungai, yakni Misman selaku Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (SKM) mengenai penanganan SKM.

Saat itu, lanjutnya, semacam ada kesepakatan dengan Misman mengenai pola penanganan sungai, yakni selain agar kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air sungai tetap terjaga, di sisi lain banjir akibat limpasan air sungai juga tidak parah.

Wali Kota Samarinda, Dr H Andi Harun mulai penghijauan tepian sungai Karang Mumus segmen jembatan Ruhui Rahayu – Kampus Unmul. (Foto Niaga.Asia)

Dari perbincangan tersebut kemudian masing-masing pihak memahami, sehingga kemudian ada sejumlah kawasan yang harus dilakukan penurapan menggunakan beton, namun ada juga kawasan yang dibiarkan secara alami sebagaimana layaknya sungai yang memiliki kawasan amfibi.

“Posisi pemerintah memang dilematis, karena di satu sisi harus dilakukan penurapan untuk menahan limpasan air sungai ketika pasang besar, namun di sisi lain berpengaruh pada ekosistem yang kemudian mendapat protes komunitas pecinta sungai, sehingga harus ada jalan tengah,” katanya.

Menurutnya, kontur daratan rata-rata di Kalimantan berbeda dengan di Sulawesi dan Jawa, karena kawasan darat di Kalimantan tidak datar, namun bergelombang, ada kawasan berbukit dan ada kawasan pemukiman warga yang rendah, bahkan rendahnya ada yang di bawah permukaan sungai.

Kondisi ini, tentu saja menyebabkan banjir ketikai hujan lebat maupun saat pasang sungai, sehingga untuk menangani kawasan yang lebih rendah dari sungai, harus dilakukan penurapan dengan beton agar air tidak melimpas ke pemukiman.

Di Perumahan Bengkuring, sebelumnya ia berharap agar di sempadan SKM di kawasan itu dibiarkan natural, tapi karena seringnya banjir akibat daratannya lebih rendah dari sungai dan limpasan air masuk ke perumahan, maka pihaknya akan menurap di tepi sungainya.

“Untuk di Perumahan Griya Mukti, terpaksa tepi sungainya dibeton karena datarannya lebih rendah dari sungai ketika pasang, sehingga hal ini bisa mengurangi banjir dari limpasan sungai,” kata Andi Harun. (gh)

Tag: