Andre Pratama Minta Pemkab Nunukan Segera Perbaiki Jembatan Ambruk Menuju MI Darul Furqon

Jembatan putus usai ambruk diterjang banjir di Sebatik Tengah. (HO-Andre Pratama buat niaga.asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Aktivitas belajar dan mengajar di sekolah tapal batas Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Furqon, Kecamatan Sebatik Tengah di Sebatik, dihentikan sementara pascabanjir yang menghancurkan jembatan penghubung jalan menuju sekolah.

Anggota DPRD Nunukan asal pulau Sebatik, Andre Pratama menerangkan, rusaknya jembatan menuju sekolah tapal batas itu, otomatis menghentikan kegiatan sekolah karena jalan tersebut satu-satunya akses menuju sekolah.

“Tadi pagi saya ditelpon warga, menginformasikan anak-anak tidak bisa bersekolah karena jembatan ambruk terbawa arus banjir tadi malam,” kata Andre, kepada niaga.asia, Kamis 6 November 2025.

Berkaitan kondisi darurat itu, Andre meminta Pemkab Nunukan melalui dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) segera melakukan perencanaan dan perbaikan jembatan, agar kegiatan belajar dan mengajar kembali berjalan normal.

Kemudian, apabila pergerakan tidak mungkin dilakukan secara cepat, Andre menyarankan pemerintah daerah dan pihak kecamatan membangun jembatan darurat sementara, agar guru dan anak-anak bisa bersekolah.

“Tadi pagi saya sudah koordinasi dengan Kabid Bina Marga DPUPR Nunukan untuk melakukan pengecekan kerusakan jembatan di Desa Sei Limau, Jalan Sinta,” ujar Andre.

Melihat pentingnya keberadaan jembatan bagi aktivitas sekolah dan warga, Andre menilai Pemkab Nunukan mungkin bisa mengalokasikan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT), dengan dasar prinsip keadaan urgensi.

Selain perbaikan jembatan, Andre berharap pemerintah kabupaten dan kecamatan juga melakukan pengecekan akses-akses jalan dan jembatan pascahujan deras dalam kurun waktu satu minggu terakhir ini.

Guru dan murid MI Darul Furqon duduk termenung melihat jembatan menuju sekolah yang ambruk terbawa banjir (HO-Andre Pratama buat niaga.asia)

“Saya minta jembatan bisa dikerjakan cepat, agar ana-anak bisa bersekolah kembali secara normal,” bebernya.

Andre bersama sejumlah anggota DPRD Nunukan memastikan pihaknya dalam waktu dekat akan turun ke lapangan, untuk memastikan jembatan itu sudah dibangun atau setidaknya pembuatan jembatan darurat.

“Kerusakan jembatan ini tidak hanya berdampak bagi pendidikan, warga-warga pasti akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,” terangnya.

Terpisah, Kepala Sekolah Tapal Batas MI Darul Furqon Adnan Lolo menerangkan, ambruknya jembatan menjadi persoalan yang harus segera ditangani pemerintah, karena tanpa jembatan, guru dan murid tidak mungkin bisa ke sekolah.

“Tolong secepatnya jembatan dibangun, saya terpaksa meliburkan anak-anak. Memang keputusan ini sangat merugikan, tapi inilah keadaan kita,” kata dia.

Sekolah tapal batas MI Darul Furqon merupakan sekolah yang sebagian besar atau 90 persen murid merupakan anak Pekerja Migran Indonesia (PMI), sebagian anak-anak harus berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki.

MI Darul Furqon memiliki 57 murid dengan 7 guru dan 2 staf administrasi, dengan kegiatan belajar dari pagi hingga siang hari. Jarak sekolah dengan jalan raya umum sangat jauh, dan sepanjang jalan ditumbuhi pohon-pohon kelapa sawit.

“Karena mayoritas murid kami anak PMI di Malaysia. Jadi .ereka harus berangkat kaki di pagi buta menuju sekolah agar tidak terlambat,” demikian Adnan.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Saud Rosadi

Tag: