Angka Kematian Covid-19 Disertai Comorbid Tinggi di Samarinda, Ini Penjelasannya

Tim BPBD kota Samarinda sebagai bagian dari tim Satgas Covid-19 di Samarinda, saat memakamkan jenazah pasien kasus Covid-19 di pemakaman Raudhatul Jannah. (Foto : istimewa/BPBD Kota Samarinda)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Angka kematian pasien terkonfirmasi positif Covid-19 disertai penyakit penyerta/bawaan (Comorbid) per Jumat (9/10) di Samarinda, sudah mencapai 135 orang. Angka itu terbilang tinggi.

“Yang jelas (angka kematian tinggi) dominan disertai Comorbid,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kadinkes Kota Samarinda dr Ismed Kusasih, dalam perbincangan bersama Niaga Asia, kemarin.

Ismed menerangkan, pasien positif Covid-19 dengan Comorbid, memiliki masa kritis yang berbeda-beda. Rata-rata dalam kurun waktu hingga 14 hari.

“Karena ternyata memang, Comorbid ini ada masa kritisnya. Bahwa, masa kritis Comorbid ini 14 hari, dari gejala pertama,” ujar Ismed.

“Misalkan gejala ringan, atau tidak bergejala, apalagi usia muda, dan ringan, (masa kritis) 7 hari saja. Tapi kalau ada Comorbid, rawannya 14 hari harus keluar dari zona kritis,” tambah Ismed.

Setelah itu, lanjut Ismed, pasien bersangkutan bisa tetap berstatus positif Covid-19, namun tidak lagi menginveksi pasien yang bersangkutan.

“Jadi, bergantung kondisi diri pasien bersangkutan. Kalau imunitas bagus, usia masih muda, itu bisa cepat sembuh. Bahkan, ada usia 45 tahun, tapi tidak ada Comorbis, itu cepat baik. Yang ada Comorbid, berhati-hati justru di hari ke-7, 8, hingga 14 adalah masa kritis,” terang Ismed.

Masih diungkapkan Ismed, gangguan metabolisme dalam tubuh dari pasien terkonfirmasi positif Covid-19 cukup berbahaya.

“Comorbid nomor satu diderita pasien Covid-19 adalah Diabetes. Diabetes kan penyakit metabolik, dan banyak pasangannya (komplikasi). Paling berbahaya itu hipertensi. Jadi hipertensi dan diabetes di usia tua, kondisinya bisa jadi berat,” ungkap Ismed.

“Jadi, Comorbid memperburuk Covid-nya. Virus (SARS-CoV-2) ini bisa berbahaya sekali, ketika berkembang biak. Paling senang berada di paru-paru. Di paru, karena mengenai jaringan di paru, bisa sesak nafas akut respiratory distress syndrome, dan akhirnya gagal nafas,” demikian Ismed. (006)

Tag: