Antrean 11 Ribu WNI ke TPS Brunei Bikin Macet 1 Kilometer

aa
Antusiasme WNI mengikuti pemilu juga terlihat di Brunei, di mana lebih dari 11 ribu orang antre menggunakan hak suara hingga menimbulkan kemacetan 1 kilometer. (Dok. KBRI Brunei Darussalam)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Antusiasme warga negara Indonesia (WNI) untuk mengikuti  pemilihan umum 2019 juga terlihat di Brunai Darusslam, di mana lebih dari 11 ribu orang berbondong-bondong menggunakan hak suara mereka hingga menimbulkan kemacetan sepanjang 1 kilometer.

“Ramainya warga membuat kemacetan yang mengular hingga radius 1 km dari KBRI, memenuhi Kedutaan Filipina, Korea, dan Kemenbudpora Brunei,” demikian pernyataan resmi Kedutaan Besar RI untuk Brunei yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (15/4).

Merujuk pada data perhitungan sementara, total ada 11.866 WNI di Brunei yang sudah menggunakan hak pilihnya dalam pencoblosan pada Minggu (14/4), atau 65 persen dari jumlah pemilih tetap. Angka ini melonjak drastis dari Pemilu 2014 yang hanya mencapai 6.000 WNI. “Guna memfasilitasi antusiasme ribuan warga tersebut, PPLN dan KBRI menyediakan bus gratis dari Kuala Belait, Seria, Tutong, Lamunin, dan Labi, bus shuttle dari parkir Indoor Stadium ke KBRI serta penggantian tiket jetty boat dari Temburong ke Bandar Seri Begawan,” tulis KBRI Brunei.

Duta Besar RI untuk Brunei, Sujatmiko, bersyukur pemilu kali ini dapat berjalan lancar meski jumlah pemilih yang datang ke TPS membeludak. “Alhamdulillah, pemilu di Brunei berjalan lancar atas kerja sama bersama KBRI, PPLN, Panwaslu, Polisi Brunei serta relawan masyarakat. Kami sempat mengalami membeludaknya pemilih Khusus yang belum terdaftar, tapi semua sudah teratasi dengan baik,” ujar Dubes Sujatmiko.

Secara resmi, tercatat ada 18.215 WNI yang masuk daftar pemilih tetap, 16.594 di antaranya memilih lewat TPS, sementara 1.621 lainnya melalui pos. Meski jumlah pemilih yang hadir hanya 65 persen, tapi angka pemilih khusus membeludak.

Sejumlah WNI di Brunei pun mengakui pemilu kali ini lebih ramai ketimbang pemilihan-pemilihan yang digelar sebelumnya. “Sudah tiga puluh tahun saya tinggal di Brunei, ini adalah pemilu yang paling ramai dan meriah. Saya juga senang melihat banyak relawan yang terlibat membantu pelaksanaan pemilu, semua berpartisipasi,” ucap salah satu WNI di Brunei, Salsa.

Penghitungan suara sendiri akan dilaksanakan pada Rabu (17/4) pukul 14.00 waktu setempat, serentak dengan kalkulasi di Indonesia. Guna menjamin transparansi, setiap TPS dan ruang penyimpanan kotak suara dilengkapi CCTV. “Pasca-pemungutan suara, kotak suara hasil pemilihan suara digembok oleh semua KPPSLN disaksikan oleh PPLN, Panwaslu, Saksi, Tim Polri, KBRI, dan diletakkan dalam ruang penyimpanan yang disegel,” tulis KBRI Brunei.

Di Belanda  Antre 3 Jam untuk Mencoblos

Sejumlah  WNI di Belanda mengeluhkan harus mendaftar ulang dan antre berjam-jam demi bisa menggunakan hak suaranya dalam Pemilihan Umum 2019, Minggu (14/4). Salah satu pelajar Indonesia di Negeri Kincir Angin, Christian Nathanael atau akrab disapa Nael, mengaku harus mendaftar ulang untuk mencoblos meski sudah terdata dalam daftar pemilih.

“Lancar sih lancar pencoblosannya, tapi ngantrenya gila karena harus daftar ulang lagi. Saya datang sekitar jam 15.00 waktu lokal, baru bisa nyoblos sekitar pukul 18.00,” ucap mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Groningen itu kepada CNNIndonesia.com.

aa
Sejumlah WNI di Belanda mengeluh harus mendaftar ulang dan antre berjam-jam demi bisa menggunakan hak suaranya dalam Pemilu 2019, Minggu (14/4). (Dok. KBRI Den Haag)

Nael mengatakan dia bersama teman-temannya harus menempuh jarak setidaknya 239 kilometer untuk menuju KBRI.  Ia mengatakan ketika tiba di KBRI, dia bersama WNI lainnya harus antre untuk registrasi ulang sebelum menunggu lagi untuk mencoblos.

Tempat pemungutan suara (TPS) dibuka di Sekolah Indonesia di Den Haag, bukan Kedutaan Besar RI Den Haag. “Jadi kami harus registrasi ulang untuk dapat nomor agar bisa mencoblos. Ngantrenya membeludak karena ada penyempitan antrean di depan untuk dapat registrasi,” katanya.

Senada dengan Nael, Indah Arumningsih mengaku harus mengantre sekitar empat jam untuk bisa mencoblos di KBRI. “Saya agak kecewa karena sudah terdaftar sebagai pemilih tetap di sini, eh tapi masih harus daftar lagi untuk ngantre nyoblos. Kami banyak yang rela ngantre berjam-jam padahal di sini suhu sedang dingin sekitar 5 derajat,” ucap perempuan yang telah bekerja selama 10 tahun di salah satu perusahaan teknologi di Den Haag itu.

Sementara itu, Ketua Panita Pemilu Luar Negeri Den Haag 2019, Moeljo Wijono, mengakui jumlah pemilih yang menggunakan hak suaranya di Belanda meningkat drastis dari 2014 lalu.

Melalui pernyataan, Moeljo menuturkan ada sekitar 11.744 WNI yang terdaftar sebagai pemilih di Belanda. Namun, hanya 6.000 WNI yang menggunakan hak suaranya kali ini. Ia menuturkan sebanyak 4.530 orang memilih di TPS dan 1.400 lainnya melalui pos.

“Tahun 2014, partisipasi WNI dalam Pilpres yang datang ke TPS sebanyak 2.328 orang, sementara tahun 2019 sebanyak 4.530 orang. Itu berarti meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan Pilpres 2014,” kata Moeljo.

Moeljo mengaku jumlah pemilih yang membeludak telah diprediksi oleh panitia dari jauh-jauh hari. Panitia pun membuka lima TPS untuk mengantisipasi jumlah pemilih yang banyak tersebut. Pada pemilu 2014, katanya, PPLN hanya membuka satu TPS di KBRI.

Meski begitu, Moeljo menuturkan jumlah pemilih yang besar tetap tak bisa diantisipasi sehingga panitia memperpanjang waktu pemungutan suara hingga pukul 21.30 waktu setempat.@