APBD Kaltim Tahun 2026 Diproyeksi Turun

Ilustrasi

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Firnadi Ikhsan, mengatakan, Pemerintah Provinsi Kaltim memproyeksi kemungkinan besar APBD Kaltim Tahun Tahun 2026 hanya Rp18 triliun atau mengalami penurunan Rp3 triliun dibandingkan tahun ini atau 2025.

“Angka itu masih proyeksi awal yang disampaikan dalam dokumen Musrenbang untuk penyusunan RPJMD 2025–2029. Saya kira itu belum final. Biasanya juga seiring waktu akan ada penyesuaian dan informasi terbaru terkait pendapatan daerah,” kata Firnadi di tenui di gedung E DPRD Kaltim, Rabu (28/5/2025).

Firnadi menilai, meski terjadi penurunan proyeksi anggaran, masyarakat Kalimantan Timur tidak perlu terlalu khawatir. Menurutnya, Kaltim merupakan provinsi dengan sumber pendapatan yang kuat, baik dari sektor migas maupun non-migas, sehingga potensi untuk rebound tetap terbuka.

“Kaltim masih memiliki kekuatan dari sektor migas dan batubara. Tapi kita tidak boleh bergantung sepenuhnya pada sektor itu. Harapannya, kita bisa kembali ke kisaran Rp20 triliun. Tapi yang lebih penting, bagaimana kita memaksimalkan potensi lain yang juga besar,” ujarnya.

Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Firnadi menyebutkan bahwa sektor perkebunan, perikanan, dan peternakan memiliki prospek besar untuk dikembangkan sebagai sumber penerimaan baru di luar sektor energi.

“Selain migas dan batubara, kita punya lahan yang luas untuk sektor perkebunan. Sawit masih jadi primadona, tapi komoditas lain seperti kelapa juga sangat potensial. Secara pasar, kelapa punya permintaan tinggi, tinggal bagaimana kita mendorong agar budidaya dan industrinya berkembang,” tutur Firnadi.

Ia juga menyoroti potensi perikanan dan peternakan, terutama di wilayah pesisir dan kawasan pedalaman yang selama ini belum tergarap secara maksimal. Menurutnya, potensi ini bisa menjadi sumber kekuatan ekonomi baru bagi daerah.

“Kita memiliki kekayaan laut dan perairan yang luar biasa. Selama ini belum kita maksimalkan secara sistematis. Ini bisa menjadi tumpuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di daerah-daerah pesisir dan nelayan tradisional,” jelasnya.

Firnadi juga menekankan pentingnya mendorong hilirisasi dan pengembangan industri turunan dari sektor utama yang dimiliki Kaltim.

Ia menilai saat ini daerah masih terlalu bergantung pada penjualan bahan mentah, tanpa memanfaatkan nilai tambah dari pengolahan dan jasa pendukung.

“Usaha turunan dari migas dan batubara sangat potensial. Tapi sayangnya belum banyak dikembangkan. Padahal ini bisa menjadi sumber ekonomi baru yang bernilai tinggi. Kita harus mendorong investasi di sektor hilir untuk meningkatkan daya saing daerah,” katanya.

Menurut Firnadi, selain memperluas basis ekonomi, strategi ini juga dapat membuka lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat lokal dan menciptakan ekosistem usaha yang lebih berkelanjutan.

“Fokus kita ke depan harus lebih ke penguatan sektor jasa dan industri pengolahan. Jangan sampai potensi besar kita hanya dinikmati oleh daerah lain. Kita harus ambil peran lebih besar dalam rantai ekonomi nasional,” pungkasnya.

Penulis : Nai | Editor : Intoniswan | ADV DPRD Kaltim

Tag: