Asap Tak Kunjung Hilang, Madri Ajak Evaluasi Bersama

aa
Ketua DPRD Berau, Madri Pani. (Foto Istimewa)

TANJUNG REDEB.NIAGA.ASIA-Ketua DPRD Berau Madri Pani turut menyoroti persoalan kabut asap yang sedang terjadi saat ini. Dirinya menyayangkan masih adanya oknum masyarakat, yang nekat membuka lahan untuk berladang dengan cara membakar tanaman yang sudah kering.

Ditemui pada Kamis (19/9), Madri mengatakan kabut asap yang terjadi berdampak ke semua aspek, baik perekonomian, kesehatan dan pariwisata Berau. Terlebih saat ini juga sedang digelar even tahunan dalam rangka Hari Jadi Berau, yang biasanya menjadi momen menarik wisatawan.

“Kebiasaan masyarakat membuka lahan untuk pertanian dengan cara dibakar, kita tidak bisa menyalahkannya juga. Sebab cara itu sudah dilakukan turun-temurun. Tetapi alangkah baiknya kalau sebelum melakukannya dipikirkan dulu efek atau dampaknya secara luas. Dan tugas kita di pemerintahan baik Pemkab maupun DPRD juga harus memberikan sosialisasi atau pengertian kepada masyarakat, bahwasannya untuk membuka lahan baru tidak mesti dengan cara dibakar,” jelasnya.

Dan kalaupun masyarakat membakar lahan untuk pertanian, ditambahkan Madri, sebaiknya terlebih dahulu melakukan antisipasi agar kebakaran tidak meluas atau merembet kemana-mana. Bisa dengan cara menyekat lahan yang akan dibakar. Selain itu, juga telah mendapat ijin secara adat sebelum membakar lahan.

Dan untuk kondisi Berau yang terus-terusan diselimuti kabut asap, dikatakan Madri bukan hanya lantaran dari Berau sendiri melainkan juga asap kiriman dari daerah tetangga. “Setahu saya kabut asap ini bukan karena karhut yang terjadi di Berau saja, ada juga asap kiriman dari Kalteng dan Kalsel, sehingga asapnya tak kelar menghilang. Apalagi juga belum ada turun hujan sampai saat ini yang membuat kondisi makin memburuk,” katanya.

Untuk itu, ia mengajak semua masyarakat bahkan Pemkab untuk sama-sama mengevaluasi mengenai hal ini. Terlebih dampaknya yang sangat berpengaruh kepada kesehatan masyarakat itu sendiri dan juga pemasukan daerah tentunya dengan berkurangnya kunjungan wisatawan ke Berau, lantaran bandara yang tak kunjung beroperasi karena jarak pandang yang belum normal.

Hingga saat ini, berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sudah mencapai 400 hektare yang tersebar di lima kecamatan yang ada di Berau. Dan kecamatan terparah terjadi di Kecamatan Segah, Kelay, Pulau Derawan, Biatan dan Tabalar. Dan luasan ini bisa terus bertambah jika tidak terjadi hujan dalam waktu dekat ini. (008)