Selamat Jalan Prof Azyumardi Azra

Prof. Dr. H Azyumardi Azra, M.Phil, MA, CBE, Ketua Dewan Pers Periode 2022-2025, wafat dalam usia 67 tahun di Selangor, Malaysia, hari Minggu, 18 September 2022. Cendekiwan yang baru memulai tugasnya di Dewan Pers 19 Mei 2022 ke Malaysia, sebetulnya untuk memenuhi undangan, jadi pembicara di acara organisasi cedekiawan muda Islam Malaysia. Tapi, belum sempat hadir di cara tersebut, dalam penerbangan Azyumard Azra mengalami gangguan jantung, dan tidak tertolong.

Saya terakhir bertemu Azyumardi Azra, pada tanggal 21 Juli 2022, saya bersama Abdurrahman yang akrab disapa Rahman, waktu itu  mengikuti acara Rapimnas Serikat Media Siber Indonesia (SMSI). Rahman selain wartawan yang bekerja di Samarinda Pos, juga ketua SMSI Kaltim.

Rapimnas SMSI dilaksanakan di Mabes Angkatan Darat, dibuka oleh KASAD, Jenderal Dudung Abdurachman. Panitia Rapimnas juga mengundang Azyumardi Azra untuk berbicara dihadapan para pimpinan perusahaan media online. Azyumardi Azra menjadi pembicara kunci, paling akhir setelah Jenderal Dudung bicara.

Baik saya maupun Rahman, sama-sama bertanya, kira-kira apa yang disampaikan Azyumardi Azra disarangnya tentara. Kami berdua juga sama-sama berpikir keras, apa yang terjadi kalau Azyumardi Azra bicara seperti kebiasaannya, lurus, tidak berbelit-belit, atau bagaimana kalau keceplosan mengkritik tentara.

Ketika ruang dan waktu diberikan kepada  Azyumardi Azra, saya cukup kaget, Azyumardi Azra tidak bicara tentang kebebasan atau kemerdekaan pers.

Menurut Azyumardi Azra, kita perlu mengembangkan jurnalisme berbasis Pancasila (Pancasila Based Journalism). Jurnalisme yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa. Tuhan menciptakan kita semua. Tuhan Maha Benar. Berita-berita yang kita turunkan berita yang berpihak pada kebenaran. Kita menyampaikan yang benar, kredibel, tidak menyebarkan berita bohong.

Azyumardi Azra minta perusahaan pers yang tergabung di Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) membangun jurnalisme berbasis Pancasila dan mengkritisi hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai dari sila-sila Pancasila.

Pancasila alat pemersatu bangsu, ideologi negara, falsafah hidup bangsa, jadi jangan dibiarkan ada penyimpangan terhadap Pancasila.

Ketua Dewan Pers Prof DR Azyumardi Azra di Rapimnas Serikat Media Siber Indonesia, 21 Juli 2022. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

Hal yang krusial sekarang ini, kata Azyumardi Azra,  adalah sesuatu yang  berawal dari Pilpres 2014. Masih ada indikasi perpecahan di tengah masyarakat. Itu dapat dilihat dengan penamaan kelompok tertentu dengan sebutan kampretcebong, dan terbaru kadrun.

Media siber jangan ikut-ikutan memanas-manasi ketiga kelompok tersebut dan lebih peduli terhadap masih banyaknya orang miskin dan maraknya ketidakadilan di bidang ekonomi dan penegakan hukum. Gini Ratio kita masih tinggi, naik ke 0,4 paska Covid. Ini artinya ketimpangan antara orang kaya dengan yang miskin, makin tinggi.

Laki-laki kelahiran Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat ini,  minta kepada pimpinan perusahaan media  untuk mencermati makin lunturnya budaya musyawarah dan mufakat. Pemerintah dan DPR membuat undang-undang tanpa musyawarah atau melibatkan rakyat.

Misalnya dalam kasus menyusun Rancangan UU KUHP, tanpa melibatkan masyarakat, tanpa melibatkan organisasi wartawan, tiba-tiba  mau disahkan jadi UU yang bisa mengancam kebebasan pers.

Tugas jurnalis menjaga persatuan dan kesatuan, mengingatkan semua pihak, pemangku kepentingan di negeri ini dari penyimpangan terhadap semua sila-sila Pancasila yang bisa mengancam Pancasila itu sendiri.

Media siber yang punya kecepatan menyebarkan informasi ke publik dibandingkan media cetak, berkewajiban menjaga Pancasila, mempublikasikan ketidakadilan terus menerus, dan memastikan persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjamin.

Sejak menduduki jabatan ketua Dewan Pers, Azyumardi Azra dapat dikatakan tak pernah istirahat, tugas berat yang dipikulnya adalah  bagaimana “mengerem” agar Rancangan KUHP baru tidak disahkan DPR RI sebelum tanggal 17 Agustus 2022, karena di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana asli bikinan anak bangsa Indonesia, terdapat 9 pasal yang mengancam kemerdekaan pers dan bisa digunakan penguasa memenjarakan wartawan.

Azyumardi Azra, setelah berbicara dengan Menkopolhukam Mahfud MD, bertemu wakil Menkumham, dan Komisi III DPRD, alhamdulillah berhasil, baik itu pemerintah maupun DPR RI, berkenan menunda pengesahan KUHP yang baru.

Baik pemerintah maupun DPR RI, mau mereviu ulang pasal-pasal yang bisa dijadikan alat membungkam pers.

“Setelah kita maju ke pemerintah dan DPR, permintaan kita dikabulkan. Kini jumlah pasal di Rancangan KUHP yang minta direviu, bukan hanya 9, tapi jadi 21 pasal. Ada pasal-pasal baru perlu dirivie, itu titipan dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk kelompok agama. Mereka juga merasa terancam kalau KUHP itu disahkan,” kata Azyumardi Azra.

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Probowo memberikan keterangan pers usai melakukan audiensi dengan Ketua Dewan Pers, Azyumardi Azra di Mabes Polri, Jakarta Selatan, hari ini, Selasa (21/6/2022). (Foto Humas Mabes Polri)

Azyumardi Azra, telah berpulang ke Rahmatullah, semoga amal baiknya dibalas setimpal Allah SWT, dan salah dan kilafnya diampuni,  keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran.

Pagi ini, Azyumardi Azra sebagai penerima Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Utama dari  Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 Agustus 2005, akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, setelah disalatkan di UIN Syarif Hidayatullah, tempat dimana almarhum mengabdi selama ini.

Selamat jalan Prof Azyumardi Azra.

Penulis: Intoniswan, Wartawan Utama di Media Niaga.Asia

Biodata

Prof. Dr. H Azyumardi Azra, M.Phil, MA, CBE

Tempat dan Tanggal Lahir : Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, 4 Maret 1955

Ketua Dewan Pers: 19 Mei 2022 – 18 September 2025

Rektor Universitas Islam Negeri  Syarif Hidayatullah, Jakarta 1998-2006

Meninggal di Selangor, Malaysia 18 September 2022 (67 Tahun)

Azyumardi Azra adalah akademisi  dan cendekiawan muslim Indonesia. Ia menjabat Rektor  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara 1998 hingga 2006. Pada 2010, ia memperoleh gelar kehormatan Commander of the Order of Britis Empire, dari  Kerajaan Inggris  dan menjadi ‘Sir’ pertama dari Indonesia.

Pada 2022,Azyumardi Azra terpilih menjadi Ketua Dewan Pers periode 2022-2025.

Riwayat Hidup

Azyumardi memulai karier pendidikan tingginya sebagai mahasiswa sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1982, kemudian atas bantuan beasiswa  Fulbright, ia mendapakan gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Universitas Clumbia tahun 1988. Ia memenangkan beasiswa Columbia President Fellowship dari kampus yang sama, tetapi kali ini Azyumardi pindah ke Departemen Sejarah, dan memperoleh gelar MA pada 1989.

Pada 1992, ia memperoleh gelar Master of Philosophy (MPhil) dari Departemen Sejarah, Universitas Columbia tahun 1990, dan Doctor of Philosophy dengan disertasi berjudul The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries. Tahun 2004 disertasi yang sudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), Honolulu  (Hawaii University Press), dan Leiden, Negeri Belanda (KITLV Press).

Kembali ke Jakarta, pada tahun 1993 Azyumardi mendirikan sekaligus menjadi pemimpin redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia untuk studi Islam. Pada tahun 1994–1995 dia mengunjungi Southeast Asian Studies pada Oxford Centre for Islamic Studies, Universitas Oxford, Inggris, sambil mengajar sebagai dosen pada St. Anthony College.

Azyumardi pernah pula menjadi profesor tamu pada Universitas Filipina dan Universitas, Malaysia keduanya pada tahun 1997.  Selain itu, dia adalah anggota dari Selection Committee of Southeast Asian Regional Exchange Program (SEASREP) yang diorganisir oleh Toyota Foundation dan Japan Center, Tokyo, Jepang antara tahun 1997–1999.

Sejak Desember 2006 menjabat Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sebelumnya sejak tahun 1998 hingga akhir 2006 Azyumardi Azra adalah Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ia pernah menjadi Wartawan Panji Masyarakat (1979–1985), Dosen Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1992–sekarang),  Guru Besar Sejarah Fakultas Adab IAIN Jakarta, dan Pembantu Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1998). Ia juga merupakan orang Asia Tenggara pertama yang di angkat sebagai Professor Fellow di Universitas Melbourne, Australia (2004–2009), dan anggota Dewan Penyantun (Board of Trustees) Universitas Islam Internasional Islamabad Pakistan (2004–2009). Ia juga masih menjadi salah satu anggota Teman Serikat Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.

Kehidupan Pribadi

Azyumardi menikah dengan Ipah Farihah dan dikaruniai 4 anak, yakni Raushanfikri Usada, Firman El-Amny Azra, Muhammad Subhan Azra, dan Emily Sakina Azra.

Azyumardi Azra dikenal sebagai Profesor yang ahli sejarah, sosial, dan intelektual Islam. Ketika menjadi Rektor pada IAIN Syaruf Hidayatullah Jakarta, ia melakukan terobosan besar terhadap IAIN tersebut. Pada Mei 2002, IAIN tersebut berubah nama menjadi UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini merupakan kelanjutan ide Rektor terdahulu Prof. Dr. Harun Nasution, yang menginginkan lulusan IAIN haruslah orang yang berpikiran rasional, modern, demokratis, dan toleran.

Pada awalnya, sesungguhnya Azyumardi tidak berobsesi atau bercita-cita menggeluti studi keislaman. Sebab, ia lebih berniat memasuki bidang pendidikan umum di IKIP. Akan tetapi, karena desakan ayahnya, Azyumardi masuk ke IAIN sehingga ia kini dikenal sebagai tokoh intelektual Islam Indonesia. Dia lahir dari ayah Azikar dan Ibu Ramlah.

Pada 2006, posisinya sebagai Rektor resmi digantikan oleh Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dalam rapat senat yang ia pimpin sendiri, Komarudin Hidayat terpilih menggantikannya.

Karya Tulis

Buku-buku yang ia terbitkan:

  • Jaringan Ulama, terbit tahun 1994
  • Pergolakan Poitik Islam, terbit tahun 1996
  • Islam Reformis, terbit tahun 1999
  • Konteks Berteologi di Indonesia, terbit tahun 1999
  • Menuju Masyarakat Madani, terbit tahun 1999
  • Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, terbit tahun 1999
  • Esei-esei Pendidikan Islam dan Cendekiawan Muslim,1999
  • Renaisans Islam di Asia Tenggara – buku ini berhasil memenangkan penghargaan nasional sebagai buku terbaik untuk kategori ilmu-ilmu sosial dan humaniora pada tahun 1999, terbit tahun 1999
  • Islam Substantif, terbit tahun 2000
  • Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas dan Aktor Sejarah (2002)
  • Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi (2002)
  • Reposisi Hubungan Agama dan Negara (2002)
  • Menggapai Solidaritas: Tensi antara Demokrasi, Fundamentalisme, dan Humanisme (2002)
  • Konflik Baru Antar-Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluralitas
  • Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal (2002)
  • Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi (2003)
  • Disertasi doktor berjudul “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries’”, pada tahun 2004 sesudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), di Honolulu (Hawaii University Press), dan di Leiden Negeri Belanda (KITLV Press).
  • Indonesia Bertahan (Dari Mendirikan Negara Hingga Merayakan Demokrasi) 2020

Azyumardi Azra dalam deklarasi kampanye damai untuk Permilu 2024. (Foto Dewan Pers)

Penghargaan

  • Penulis Paling Produktif, dari Penerbit Mizan, Bandung, tahun 2002
  • Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 Agustus 2005
  • Commander of the Most Excellent Order of the British Empire(CBE), dari Kerajaan Britania Raya, tahun 2010.
  • Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture (SML) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tahun 2017.
  • Order of Rising Sun: Gold and Silver Star, dari Kaisar Jepang, tahun 2017.