Bagaimana Pemerintahan Baru Malaysia Ambruk

Muhyiddin Yassin kini terlontar ke kursi perdana menteri. (Hak atas foto Getty Images Image caption)

KUALA LUMPUR.NIAGA.ASIA-Peristiwa politik yang terjadi di Malaysia dalam beberapa pekan terakhir ‘menggugurkan’ sejarah bahwa pemilu tahun 2018 berhasil menggulingkan partai yang berkuasa lebih dari 60 tahun.

Kurang dari dua tahun sejak pemilu itu, koalisi pemerintahan pimpinan Mahathir Mohamad itu jatuh dan partai lama kembali naik takhta. Lantas mengapa rezim baru yang dianggap menghembuskan harapan perubahan di Malaysia itu jatuh begitu cepat?

Malaysia akhirnya memiliki perdana menteri baru setelah kekisruhan dan ketidakpastian politik selama satu pekan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Muhyiddin Yassin, perdana menteri baru itu, merupakan politikus dengan karier yang biasa-biasa saja. Tahun 2016 dia dikeluarkan dari partai yang saat itu berkuasa, yaitu Organisasi Nasional Melayu Bersatu (Umno).

Belakangan Muhyiddin bersatu dengan politikus kawakan seperti Mahathir Mohammad dan Anwar Ibrahim untuk membentuk koalisi multipartai dan multietnis. Mereka menamakan koalisi itu Pakatan Harapan (PH).

Mereka bergerak di atas ombak kejengahan publik Malaysia terhadap berbagai kasus korupsi. Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah pemilu Malaysia, koalisi Barisan Nasional yang dipimpin Umno kalah.

Namun kejadian pekan lalu benar-benar mengejutkan publik yang menganggap pemilu tahun 2018 sebagai titik baru Malaysia.  Publik tidak mengira Muhyiddin bakal menjatuhkan pemerintah dengan cara memimpin pembelotan 30 anggota parlemen dan membentuk koalisi baru dengan partai lamanya.

“Saya minta maaf gagal menyelamatkan Anda. Saya sudah berusaha, benar-benar berusaha menghentikan upaya itu,” cuit Syed Saddiq, politikus muda rupawan yang keberhasilannya mendapat kursi parlemen tahun 2018 dianggap simbol perubahan Malaysia.

Walau merupakan anggota partai pimpinan Muhyuddin, Syed Saddiq menolak bergabung dan bekerja sama dengan Umno. Protes terhadap yang dianggap sebagai ‘pemerintahan pintu belakang’ memang muncul beberapa waktu terakhir.

“Ini adalah pengkhianatan. Masyarakat tidak menghendakinya,” kata aktivis sekaligus advokat, Fadya Nadwa Fikri.

Banyak pihak menolak pergantian penguasa dan menyebut krisis politik yang terjadi sebagai pengkhianatan. (Hak atas foto Getty Images Image caption)

Pakatan didukung jaringan kelompok masyarakat sipil yang selama bertahun-tahun mengkampanyekan gerakan antikorupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Pada hari pemungutan suara, 9 Mei 2018, mereka tidak yakin mampu mengalahkan Barisan Nasional, walau ada gairah nyata tentang peluang kemenangan mereka.

Selama periode pemilu itu, Mahatir Mohamad secara jenaka menyerang eks Perdana Menteri Najib Razak dan istrinya, Rosmah, sebagai sepasang rampok. Biaya hidup yang meningkat, terutama ketentuan pajak penjualan yang kontroversial, selama rezim Najib menjadi senjata oposisi seperti Mahatir.  Akhirnya, publik Malaysia yang biasanya kerap menyokong pemerintah terbelah menjadi pendukung Pakatan, Barisan Nasional dan partai Islam, PAS.

Ketika saya bertemu sejumlah pemilih di tempat pemungutan suara, mereka menunjukkan kartu veteran Umno kepada saya. Namun mereka berkata mereka memilih oposisi. Angin politik sepertinya mengarah ke sana.

Terdapat kegembiraan luar biasa ketika Najib dinyatakan kalah sehari setelah pemilu. Dia adalah perdana menteri pertama dari Barisan Naisonal yang gagal menang. Tiga pemilih Malaysia berkomentar tentang kemenangan Mahathir Mohamad.

Apa yang keliru dari pemerintahan koalisi Pakatan?

Persekutuan mereka tidak akan pernah berjalan mulus. Mahathir dan Anwar Ibrahim mempunyai sejarah hubungan yang pelik selama 30 tahun terakhir. Meski pernah menjadi anak didik dan digadang-gadang menjadi suksesor Mahathir, Anwar justru menyebut mentornya itulah yang memenjarakannya dalam kasus kekerasan seksual.

Dua politikus itu memilih berekonsiliasi dan sepakat bahwa Mahathir, yang memimpin kampanye, akan menjadi perdana menteri jika koalisi mereka menang. Dalam kesepakatan itu, Mahathir harus menyerahkan kursi perdana menteri ke Anwar pada awal tahun ketiga. Namun tata cara resmi pelaksanaan persetujuan itu tidak pernah mereka bicarakan. Ada pula pertarungan pribadi dan perubahaan sikap tentang bagaimana koalisi mereka harus bersikap terhadap perekonomian Malaysia yang makin rumit.

“Kami juga mempunyai persoalan ketidakpuasan publik seperti di negara lainnya,” kata Ibrahim Suffian, peneliti di Merdeka Centre for Opinion Research. “Ada pertumbuhan ekonomi, tapi standar upah tidak setara dengan biaya hidup, terutama di kalangan generasi muda.”

“Perekonomian tidak membuka banyak pekerjaan dengan upah layak. Itulah tantangan yang dihadapi koalisi mereka karena modal yang ada sangat minim. Ada utang besar yang harus mereka tanggulangi,” ujar Suffian.

Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad mempunyai hubungan yang tidak mulus selama puluhan tahun. (Hak atas foto Getty Images Image caption)

Malaysia ditandai dengan politik kesukuan sejak kemerdekaan mereka tahun 1957 dan pembentukan Federasi Malaysia tahun 1963. Suku Malay mencapai lebih setengah populasi negara itu, sekitar 68%. Mereka disebut ‘bumiputera’ yang mencakup sejumlah kelompok adat lain di semenanjung Malaka dan Kalimantan. Kelompok minoritas terbesar dan tersukses adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang bermigrasi ke Malaysia selama pemerintahan kolonial Inggris.

Kerusuhan etnis tahun 1969 mendorong pemerintah mengutamakan bumiputera dan ‘orang asli’ Malaysia. Kebijakan seperti itu dianggap penting. Umno mendeklarasikan diri mereka sebagai partai yang menjaga kesejahteraan bumiputera, yang secara ekonomi tidak lebih sukses dibanding kelompok Tionghoa.

Era pemerintahan Mahathir Mohamad selama 22 tahun pada dekade 1980-an dan 1990-an ditandai dengan banyak proyek pembangunan pro-bumiputera. Proyek itu didanai hasil ekspor yang melonjak. Sisi negatif yang muncul adalah korupsi dan politik kroni. Namun kelompok bumiputera masih mengharapkan dana bantuan pemerintah.

Itulah sebagian kecemasan mereka bahwa koalisi Pakatan yang disokong banyak kubu minoritas Tionghoa akan memotong anggaran itu. Jadi tidak mengherankan hingga saat ini Pakatan sudah kalah lima kali dari enam pemilu yang mereka ikuti. Dalam salah satu pertarungan di negara bagian yang strategis, Pakatan kehilangan lebih dari setengah suara. Dukungan yang mereka raih dari kelompok ‘orang asli’ akhirnya terus menurun.

Banyak warga dari kelompok bumiputera cemas pemerintahan di bawah koalisi Pakatan tidak akan memperhatikan mereka. (Hak atas foto Getty Images Image caption)

Liputan saya ke permukiman kelas bawah di Gombak, pinggiran Kuala Lumpur menggambarkan kekecewaan bumiputera itu. Di sana, jalan tol dan gedung pencakar langit di sekitar pusat kota bersebelahan dengan kompleks apartemen, pertokoan, dan garasi penyedia jasa perbaikan mobil.

Muhammad Tarmizi menyebut masyarakat miskin di kawasan itu kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemerintahan saat ini tidak memperhatikan orang kampung dan bumiputera, kata warga Gombak itu.

Walau reputasi Umno hancur dalam skandal koruspi 1MDB yang menguntungkan Najib Razak, partai itu bersiasat memanfaatkan kekecewaan masyarakat terhadap perekonomian Malaysia.

Jadi tidak mengherankan Pakatan kalah lima kali dari enam keikutsertaan mereka dalam pemilu. Di salah satu negara bagian yang strategis, yaitu Johor, suara Pakatan berkurang lebih dari setengah.

Dan krisis politik pecah terkait suksesi. Anwar Ibrahim dan pendukungnya mendesak Mahatir menentukan tanggal penyerahan kursi perdana menteri. Saran mereka adalah peringatan dua tahun kemenangan pemilu pada bulan Mei. Namun Mahathir menolak ditekan.

Kubu Anwar menarik diri dari perdebatan dan menyerahkan keputusan kepada Mahathir. Namun situasi yang panas di koalisi itu mendorong Muhyiddin mengambil keuntungan dan bersekongkol dengan salah satu dari dua kubu itu.

Seperti krisis yang terjadi selama 40 tahun sebelumnya, ada asumsi di dalam dan luar Malaysia bahwa apapun yang terjadi, Mahathir Mohamad, sang ahli manipulasi, akan menarik tali dan mengeksploitasi setiap tikungan dalam drama membingungkan. Tujuannya: naik ke pucuk kekuasaan.

Muhyiddin Yassin (kiri), Anwar Ibrahim (tengah), dan Mahathir Mohamad (kanan). (Hak atas foto Getty Images Image caption))

Ketika Anwar mempesona publik Malaysia dengan menawarkan pengunduran dirinya, banyak faksi politik bergegas mengekspresikan dukungan agar dia tetap duduk di kursi perdana menteri.

Namun Anwar meyakinkan pendukungnya bahwa sebaliknya, Mahathir tidak mendalangi yang dia sebut sebagai kudeta terhadap koalisi. Namun akhir pekan itu jelas bahwa maestro berusia 94 tahun itu telah salah mengambil kalkulasi.

Pimpinan Kerajaan Malaysia, Sultan Abdullah, yang perannya mengundang kandidat untuk membentuk pemerintahan baru, menyatakan bahwa Muhyiddin tahu apa yang akan terjadi dan akan segera disumpah menjadi perdana menteri ke-8 negara itu.

Mahathir menggugat keputusan itu dan berusaha menjatuhkan pemerintahan baru tersebut di parlemen.Namun jabatan dan restu dari raja yang dihormati adalah modal kuat Muhyiddin. Ini tentu akan menarik kelompok yang ragu-ragu ke kubunya.

“Raja tidak bisa mengambil keputusan politik,” kata Mustafa Izzuddin dari National University of Singapore.

“Tapi dia bisa memainkan peran sebagai perantara yang jujur, menyatukan para pihak yang berseberangan. Bahkan Sultan Malaysia tidak pernah melakukan itu sebelumnya.”

“Namun perpolitikan Malaysia tidak dapat dipetakan, jadi cara-cara revolusioner barangkali penting. Dan sultan mungkin melihat Muhyiddin sebagai kandidat yang paling bisa dipercaya dan menenangkan,” kata Izzuddin.

Najib Razak diduga memanfaatkan uang negara untuk kepentingan pribadi. (Hak atas foto Getty Images Image caption)

Penting untuk mengingat bahwa Mahathir pernah berkonflik dengan Sultan Malaysia. Itu barangkali juga mempengaruhi keputusan Sultan Abdullah memilih Muhyiddin. Tahun 1983 dan 1993, Mahathir mendesak perubahan konstitusi untuk membatasi kewenangan sultan.

“Pada perseteruan awal, resistensi kerajaan terhadap Mahathir dilakukan Sultan Pahang, ayah Sultan Abdullah,” ujar Clive Kessler, akademisi di University of New South Wales.

“Kenangan dan dendam berkelindan dan sulit dilupakan atau dikesampingkan,” tuturnya.

Jadi, setelah nyaris dua tahun menjadi oposisi, Umno berkuasa lagi. Ada kekhawatiran, yang sebenarnya dipahami, bahwa investigasi dan pengadilan kasus korupsi Najib Razak, yang kini masih memiliki pengaruh signifikan di partainya, akan ditangguhkan.

Anwar, sosok yang yakin dirinya ditakdirkan menjadi perdana menteri Malaysia pada dekade 1990-an dan menyatakan dia dijanjikan jabatan itu lagi pada pemilu lalu, akan disingkirkan.

Kemunduran karier Anwar, selama lebih dari dua dekade, barangkali berasal dari salah satu plot tragedi Shakespeare bahwa dia menyibukkan diri selama menjalani masa pemenjaraan.

Mahathir Mohamad telah berkarier selama lebih dari 60 tahun dalam perpolitikan Malaysia. (Hak atas foto Getty Images Image caption)

Dan Mahathir, salah satu penyintas tragedi politik paling hebat, sepertinya sudah kehilangan momentum. Ketika dia masih terkejut menerima kenyataan ditikung kawan politik, istrinya yang berusia 63 tahun, Siti Hasmah merangkulnya dengan kuat, seperti memberi pelukan perlindungan.  Mungkin Siti sekarang berharap, Mahathir akan menarik diri dari panggung politik sebelum berulang tahun ke-95.

(Penulis: Jonathan Head Koresponden BBC di Asia Tenggara)

Tag: