Bahan Bakar B40 Tidak Berdampak Negatif pada Performasi Mesin Kendaraan

Uji Cold Startability Road Test menggunakan bahan bakar B40 (campuran biodiesel 40 persen pada BBM jenis solar) empat kendaraan uji B40 dengan Gross Vehicle Weight (GVW) kurang dari 3,5 ton sudah selesai menempuh jarak 50.000 km dan 4 kendaraan uji dengan GVW lebih dari 3,5 ton sudah selesai menempuh jarak 40.000. (Foto Kementerian ESDM)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Setelah peninjauan semua hasil pengujian, bahan bakar B40 dan B30D10 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap komponen mesin kendaraan uji P1 dan tidak berdampak negatif pada performa kendaraan uji sampai dengan akhir uji jalan 50.000 km.

Kepala LEMIGAS, Ariana Soemanto mengatakan itu setelah sukses dengan Uji Cold Startability Road Test menggunakan bahan bakar B40 (campuran biodiesel 40 persen pada BBM jenis solar), empat kendaraan uji B40 dengan Gross Vehicle Weight (GVW) kurang dari 3,5 ton sudah selesai menempuh jarak 50.000 km.

Kemudian 4 kendaraan uji dengan GVW lebih dari 3,5 ton sudah selesai menempuh jarak 40.000 km, kini uji jalan B40 yang dikoordinatori Ditjen EBTKE dan dilaksanakan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi “Lemigas” berlanjut ke tahap berikutnya yaitu Tahapan Rating Komponen Mesin.

“LEMIGAS akan terus mendukung Uji Kinerja Kendaraan terhadap bahan bakar B40 dengan merampungkan Uji Jalan (Road Test) yang ditargetkan selesai pada akhir Desember 2022 mendatang. Kesiapan bahan bakar B40 sudah hampir selesai, pengujian B40 kini sudah mencapai tahap Overhaul Mesin Akhir yang pengujiannya dilakukan di laboratorium LEMIGAS,” kata Ariana, hari Sabtu (26/11/2022).

Dengan pengujian Overhaul Mesin Akhir, Laboratorium Aplikasi melakukan analisa pengaruh bahan bakar B40 terhadap komponen mesin. Dengan didukung peralatan laboratorium berteknologi tinggi serta personel laboratorium yang berpengalaman dan berkompetensi telah mengawal perjalanan Road Test bahan bakar B40 hingga ke tahap Overhaul Akhir.

Menanggapi kemajuan yang telah dicapai ini, Tenaga Ahli Teknik Mesin dari Akademisi ITB, Iman K. Reksowardojo mengatakan, bahan bakar baru ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihannya yaitu memiliki sifat biodegradable yang dapat berubah kembali ke alam dengan cepat.

“Namun hal tersebut sebuah tantangan karena bahan bakar mudah berubah jadi jika tidak dilakukan handling dengan baik kemungkinan akan tidak sesuai dengan spesifikasi. Hal itu yang perlu disosialisasikan,” ujarnya.

Ia juga mengungkapkan tantangan pada bahan bakar B40 salah satunya adanya penambahan campuran biodiesel maka perlu untuk memperketat spesifikasi bahan bakar seperti parameter stabilitas oksidasi bahan bakar yang akan berhubungan dengan injektor, kemudian kandungan monogliserida yang berkaitan dengan kekhawaitran filter blocking pada suhu dingin.

“Namun saat ini kandungan monogliserida sudah ditekan sekecil mungkin. Tantangannya adalah kandungan air yang mana biodiesel memiliki sifat higroskopis, tetapi dalam spesifikasi sudah diperketat sehingga harapannya pada B40 problem korosif dan lain lain itu bisa dihindari,” lanjut Iman.

Dalam tahap overhaul dan rating akhir, unit kendaraan B40 telah melakukan pengukuran dan analisis rating akhir dengan mengacu pada ASTM Manual 20, serta pengujian terhadap Intake Valve Deposits (IVD) dan Combustion Chamber Deposits (CCD).

Tujuan dari pengujian rating akhir adalah untuk mengamati deposit dan pengaruh bahan bakar B40 terhadap mesin melalui pengamatan dan analisis before-after kondisi mesin kendaraan uji jalan bahan bakar B40.

Pada bagian pengukuran, tidak ditemukan keausan komponen mesin yang teridentifikasi pada kendaraan uji P1 yang menggunakan bahan bakar B40 dan B30D10 setelah uji jalan s.d 50.000 km. Hasil pengukuran komponen mesin seperti ring gap, side ring clearence dan cylinder bore liner secara keseluruhan memenuhi spesifikasi limit batasan maksimal sesuai dengan buku manual mesin pabrikan.

Dari pengamatan visual dapat diambil kesimpulan scratch yang terjadi pada skirt piston mesin kendaraan uji P1 bahan bakar B40 dan B30D10 dianggap sebagai hal yang normal dalam proses pembakaran di ruang bakar mesin dan scratch tersebut bukan disebabkan oleh bahan bakar.

Sumber: Biro KLIK Kementerian ESDM | Editor: Intoniswan

Tag: