
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Di balik megahnya bentang Jembatan Pulau Balang di Provinsi Kalimantan Timur yang menghubungkan Kota Balikpapan dan Penajam Paser Utara (PPU), tersimpan harapan panjang masyarakat yang belum juga terpenuhi.
Sejak jembatan itu pertama kali diwacanakan, masyarakat menaruh asa besar bahwa akses darat menuju Balikpapan, dan selanjutnya ke Ibu Kota Nusantara (IKN), akan terbuka lebar. Namun hingga hari ini, harapan itu masih menggantung.
Baharuddin Muin, anggota Komisi III DPRD Kaltim dari daerah pemilihan Penajam Paser Utara dan Paser, menyuarakan kekecewaan masyarakat yang terus menanti kepastian. Masyarakat Penajam sudah sejak lama siap menyambut operasional jembatan ini. Jalur akses dari sisi Penajam telah dibangun jauh sebelum jembatan selesai.
Kini, setelah konstruksinya rampung dan peresmiannya dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Juli 2024, justru aksesnya masih tertutup untuk umum.
“Jembatan Pulau Balang itu harapan besar masyarakat Penajam yang sudah ditunggu bertahun-tahun. Jalan dari sisi Penajam sudah lama siap, jembatannya juga sudah berdiri megah. Tapi kenapa sampai sekarang belum dibuka juga untuk umum?,” ujar Baharuddin Muin dengan nada kecewa, Senin (2/6).
Ia mengaku belum mengetahui pasti alasan teknis di balik penutupan tersebut. Satu-satunya momen jembatan itu dibuka adalah saat arus mudik dan balik Lebaran 2025, itu pun hanya sementara dengan sistem buka-tutup satu arah.
`Setelahnya, jalan kembali ditutup, membuat masyarakat bertanya-tanya, sekaligus merasa seakan-akan hanya dijadikan penonton dalam pembangunan di tanahnya sendiri.
Dalam pandangan Baharuddin, jembatan ini bukan sekadar proyek fisik. Melainkan, simbol keadilan antara infrastruktur dan konektivitas antarwilayah yang akan menyentuh langsung kehidupan rakyat.
“Kalau jembatan ini benar-benar dibuka, saya yakin masyarakat Penajam pasti senang. Ekonominya akan tumbuh, harga kebutuhan bisa lebih murah, akses semakin lancar. Saat ini, semua masih mahal karena barang harus dikirim lewat feri atau speedboat,” katanya.
Baharuddin pun tidak menampik bahwa jika jembatan ini dibuka secara permanen, moda transportasi air seperti feri kemungkinan akan tergeser. Bahkan kemungkinan, harga feri akan turun lebih murah dibandingkan yang sekarang ini.
“Apalagi dengan kejadian yang tenggelam itu, orang-orang juga serba hati-hati untuk naik feri. Kalau sudah ada jembatan, orang-orang kemungkinan bakal beralih. Kecuali mereka yang dekat-dekat situ mau belanja-belanja, mungkin masih naik feri. Tapi saya kira feri-nya lambat atau cepat pasti akan tutup jika Jembatan Pulau Balang benar-benar dibuka permanen untuk umum,” pungkasnya.
Menurut Sekretaris Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Kaltim ini, yang terpenting saat ini adalah memastikan jembatan itu tidak menjadi infrastruktur mubazir, yang sekadar berdiri tanpa fungsi nyata bagi warga yang membutuhkannya.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV DPRD Kaltim
Tag: Infrastruktur