Balas Sanksi Ekonomi, Rusia Larang  Ekspor Sejumlah Komoditi

aa
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Foto REUTERS/Gleb Garanich)

MOSKOW.NIAGA.ASIA-Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hanya menyerukan sukalelawan asing untuk bertempur bersama pasukan Rusia di Ukraina, tapi juga melakukan tindakan balasan atas sanksi dari negara-negara Barat.

Dalam pernyataan di pertemuan dewan keamanan Rusia, Putin mengumumkan Rusia juga membalas sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat dengan memberlakukan larangan ekspor pada serangkaian produk hingga akhir 2022.

Larangan tersebut mencakup ekspor peralatan telekomunikasi, medis, kendaraan, pertanian, dan listrik, serta beberapa produk kehutanan seperti kayu.

Kementerian Ekonomi Rusia mengatakan langkah-langkah lebih lanjut dapat mencakup pembatasan kapal asing dari pelabuhan Rusia.

Pihak kementerian mengatakan: “Langkah-langkah ini adalah tanggapan logis terhadap sanksi yang dikenakan kepada Rusia.”

Larangan terhadap negara-negara yang telah “melakukan tindakan tidak bersahabat” itu bertujuan “untuk memastikan fungsi sektor-sektor utama ekonomi Rusia tidak terganggu.”

Larangan ekspor Rusia mencakup lebih dari 200 produk. Sekitar 48 negara akan terpengaruh, termasuk AS dan Uni Eropa.

Pengecualian larangan itu dapat diberlakukan untuk wilayah Ossetia Selatan dan Abkhazia yang memisahkan diri dari Georgia dan untuk anggota Uni Ekonomi Eurasia yang dipimpin Rusia.

Pemerintah negara-negara Barat telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia, terutama terhadap pembelian minyak dan miliarder oligarki yang dianggap dekat dengan Presiden Vladimir Putin.

Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan larangan itu akan mencakup ekspor barang yang dibuat oleh perusahaan asing yang beroperasi di Rusia. Barang-barang itu termasuk mobil, gerbong kereta api, dan kontainer.

Keputusan itu muncul ketika mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan bahwa aset yang dimiliki oleh perusahaan Barat yang telah ditarik dari Rusia dapat dinasionalisasi.

Perusahaan menghentikan investasi secara massal, termasuk raksasa industri dan pertambangan seperti Caterpillar dan Rio Tinto, Starbucks, Sony, Unilever, dan Goldman Sachs.

Pada Rabu, Moskow menyetujui undang-undang yang mengambil langkah pertama menuju nasionalisasi aset perusahaan asing yang meninggalkan negara itu.

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis, Medvedev mengatakan: “Pemerintah Rusia sudah mengerjakan langkah-langkah, yang meliputi kebangkrutan dan nasionalisasi properti organisasi asing.

“Perusahaan asing harus memahami bahwa ketika mereka akan kembali ke pasar kami, itu akan sulit.” Dia menuduh investor asing menciptakan “kepanikan” bagi warga Rusia biasa yang sekarang bisa kehilangan mata pencaharian.

Berdasarkan data terbaru, Rusia merupakan mitra dagang terbesar kesembilan belas Inggris, dengan nilai perdagangan mencapai £15,9 miliar (senilai Rp 297 triliun) selama setahun dari akhir September 2020.

**) Artikel ini bersumber dari BBC News Indonesia, sudah tayang dengan judul; Invasi Ukraina: Rusia sebut ‘sekitar 16.000 pejuang dari Timur Tengah siap membantu, Moskow balas hukuman sanksi dari negara-negara Barat

Tag: