Bambang Harymurti: Pers Fokus Saja Pada Kebenaran

aa
Bambang Harymurti. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Wartawan senior sekaligus Ketua Dewan Redaksi majalah Tempo Grup, Bambang Harymurti mengingatkan pers dan para jurnalis tetap fokus menyuarakan kebenaran, meski saat ini tantangan yang dihadapi cukup berat akibat adanya media sosial, ekstrimisasi akibat polarisasi yang timbul dari pemilihan presiden dan wakil presiden, groupthink, buzzer negatif, dan lain sebagainya.

“Fokus saja pada kebenaran. Jangan ada rasa takut menyuarakan kebenaran. Suarakan terus kepentingan publik, dan edukasi masyarakat melalui berita agar dapat menerima perbedaan pendapat,” kata Bambang Harymurti yang akrab disapa BHM saat berbicara di wokshop “Peliputan Pilkada 2020, Belajar dari Pemilu 2019” yang diikuti wartawan di Samarinda, Kamis (3/10/2019).

Menurut BHM, “kerasnya” polarisasi di Pilpres 2019, juga berdampak kepada wartawan dan media. Ketika pemberitaan media tidak disenangi “cebong”, wartawannya disangka “kampret”, begitu juga sebaliknya. “Jadi kita-kita ini kadang disebut “cebong”, kadang  “kampret”,” paparnya.

Menyimak apa yang terjadi di Pilpres, kata BHM, itu juga bisa terjadi pula di Pilkada 2020, dimana tokokh atau calon kepala daerah dan timnya melontarkan sesuatu yang kontroversial dan rawan memecah belah, dari apa yang dilontarkannya berharap dapat efek gaungnya. “Dalam hali ini pers harus hati-hati dan harus sangat memperhitungkan akibatnya kepada masyarakat,” sarannya.

Kemudian saat ini dengan kemajuan teknlogi informasi, ekstimisasi akibat polarisasi semakin mengental, orang hanya kebanyak hanya bicara dengan orang yang sepemikiran dan sependapat  dengan dirinya, mencari pembenaran akan pikirannya sendiri.

“Komunitas yang demikian lupa dengan pendapat orang lain. Orang yang tidak sepaham dengan kelompoknya dianggap lawan. Orang sibuk mencari pembenaran, bukan kebenaran,” terang BHM.

Apabila calon kepala daerah di Pilkada sejak dari awal pencalonannya sudah didukung group think, sebetulnya tidak menguntungkan seorang calon kepala daerah, malahan merugikan, karena mayoritas pemilih menjadi tidak menyukainya. “Grup think itu juga menganggu pers karena selalu menilai tidak benar apa-apa yang disampaikan pers.”

BHM mengingatkan pula, kewajiban seorang jurnalis adalah mencari kebenaran. Untuk mendapatkan kebenaran sekarang tidak mudah karena juga ada serangan dari buzzer negatif (hitam) bermain di dunia digital. “Perlu keberanian lebih sekarang ini untuk menyuarakan kebenaran, kalau penakut jangan jadi jurnalis,” katanya.

Jurnalis harus terus menerus mempertahankan pemikiran kritis dalam kondisi sosial yang terus berubah. Pers harus melawan akan ada usaha sekelompok orang yang membunuh pemikiran kritis orang lain di internt. “Pers wajib memandu dan mengedukasi masyarakat untuk berpikir kritis,” ajak BHM.

Menurut BHM, pers tidak boleh surut dalam menyuarakan apa-apa yang menjadi pengharapan masyarakat terhadap negara, lembaga-lembaga negara agar kehidupannya semakin baik. Apa-apa yang menjadi pengharapan masyarakat itu disampaikan secara obyektif. “Pertahankan kebenaran dan obyektif dalam menyampaikan informasi ke masyarakat,” ucapnya.

BHM yakin buzzer di media sosial, khususnya yang menyebarkan hoaks lama kelamaan akan kelelahan sendiri dan berhenti. Buzzer negatif itu kan juga manusia, juga punya hati, dan pada waktunya tidak merasa nyaman dengan pekerjaannya. (001)