
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Di tengah perlambatan ekonomi global imbas perluasan tarif resiprokal Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) pada 2025 diprakirakan tetap tumbuh di bawah titik tengah kisaran 5,00 – 5,80% (yoy).
“Faktor penahan pertumbuhan ekonomi tersebut utamanya masih dipengaruhi oleh permintaan ekspor batubara yang relatif stagnan, termoderasinya proyek pemerintah dan IKN,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Budi Widihartanto dalam “Laporan Perekonomian Daerah Kaltim Semester II 2025.”
Kendati demikian, lanjutnya, Lapang Usaha (LU) industri pengolahan diprakirakan semakin membaik seiring mulai beroperasinya sejumlah pabrik refinery migas dan semakin ekspansifnya industri CPO.
“Seiring dengan meredanya tekanan inflasi global dan menguatnya nilai tukar Rupiah, Inflasi tahunan Kaltim di tahun 2025 diprakirakan tetap berada dalam koridor target dikisaran 2,5±1% (yoy) disertai dengan upaya pengendalian inflasi yang konsisten dan intensif untuk mencapai stabilitas harga komoditas utama di Kaltim,” paparnya.
TPT Menurun
Budi menambahkan, sejalan dengan kinerja ekonomi yang masih cukup tinggi, kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan turut menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kinerja beberapa sektor utama seperti sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan saat ini masih menjadi pendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut tercermin dari peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) serta penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
“Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang membaik tersebut, kesejahteraan masyarakat juga lebih baik, terindikasi dari penurunan tingkat kemiskinan dan penurunan ketimpangan pendapatan. Namun demikian, tingkat kesejahteraan petani menurun pada periode laporan,” pungkasnya.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan