Bantah PM Inggris, Putin Ungkit Margaret Thatcher

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan wartawan setelah KTT Kaspia di Ashgabat, Turkmenistan 29 Juni 2022. Gambar diambil 29 Juni 2022. (Sputnik/Dmitry Azarov/Pool via REUTERS)

LONDON.NIAGA.ASIA — Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis menolak tuduhan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bahwa jika dia seorang wanita, dia tidak akan menginvasi Ukraina.

Berbicara pada konferensi pers pada hari Kamis selama kunjungan ke Turkmenistan, Putin menunjuk keputusan mantan pemimpin Inggris Margaret Thatcher untuk mengirim pasukan ke Falklands sebagai bantahan dari teori Johnson.

Johnson pada hari Rabu menjuluki keputusan Putin untuk meluncurkan apa yang disebut Moskow sebagai “operasi militer khusus” melawan Ukraina sebagai “contoh sempurna dari maskulinitas beracun” dan mengejek sikap macho Putin.

Merespons, Putin mengatakan kepada wartawan: “Saya hanya ingin mengingat peristiwa sejarah baru-baru ini, ketika Margaret Thatcher memutuskan untuk meluncurkan operasi militer melawan Argentina untuk Kepulauan Falkland. Jadi, seorang wanita mengambil keputusan untuk melancarkan aksi militer,” ujarnya, dikutip niaga.asia dari REUTERS, Kamis.

“Oleh karena itu, ini bukan referensi yang sepenuhnya akurat dari Perdana Menteri Inggris tentang apa yang terjadi hari ini,” jelas Putin.

Pemimpin Rusia itu kemudian mengkritik langkah Inggris, 40 tahun lalu, untuk menanggapi secara militer upaya Argentina untuk merebut pulau-pulau kecil yang dikelola Inggris di Atlantik Selatan.

“Di mana Kepulauan Falkland dan di mana Inggris?” tanya Putin.

“Tindakan Thatcher didikte oleh ambisi kekaisaran dan (keinginan untuk) mengkonfirmasi status kekaisaran mereka,” tegas Putin.

Moskow berulang kali mengecam intervensi militer Barat seperti bekas Yugoslavia, Afghanistan dan Irak sebagai contoh imperialisme dan kemunafikan Barat.

Namun demikian selama pemerintahannya selama dua dekade, Putin sendiri telah menghadapi berbagai tuduhan imperialisme, ingin secara paksa memperluas perbatasan dan pengaruh Rusia di seluruh wilayah bekas Soviet, dan dirinya sendiri mengatakan bahwa dia berharap dia dapat membalikkan keruntuhan Uni Soviet.

Invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina telah menghancurkan banyak kota, menewaskan ribuan warga sipil dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka di seluruh Ukraina.

Sumber : Kantor Berita REUTERS | Editor : Saud Rosadi

Tag: