Belasan Petugas KPPS Meninggal Dunia, KPU: ‘Nanti Dievaluasi’

aa
Petugas KPPS mengenakan kostum penari Reog Ponorogo melakukan penghitungan perolehan suara Pilpres Pemilu 2019 di TPS 003 Sukosari, Babadan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Rabu (17/04). (Hak atas foto SISWOWIDODO/ANTARA FOTO Image caption)

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Belasan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan anggota Polri meninggal dunia saat bertugas menggelar pemilihan umum. Menanggapi hal ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan melakukan evaluasi.

“Ya nanti kita evaluasi,” kata Ketua KPU Arief Budiman kepada wartawan di Kantor KPU, Jl ImamBonjol, Jakarta Pusat, Sabtu (20/4), sebagaimana dikutip Detik.com. “Memang pekerjaannya berat, memang pekerjaannya banyak, maka ya orang sangat mungkin kelelahan dalam menjalankan tugas,” sambungnya.

Untuk para petugas KPPS yang meninggal dunia saat menjalankan tugas ini, Arief telah mengusulkan agar mereka mendapat santunan. Arief mengatakan sejak awal durasi kerja para petugas KPPS telah diprediksi bakal sangat panjang. “Kalau dibikin kerjanya seperti kerja normal kantoran masuk jam 08.00 pagi pulang jam 04.00 sore, bisa nggak selesai pemilunya.

“Memang kerja penyelenggara Pemilu itu kerjanya overtime, makanya ketika kami memilih itu, memang nyari orang-orang yang sehat fisiknya, sehat mentalnya. Karena sehat fisiknya saja juga berisiko kalau orang ditekan kanan kiri gampang down, nggak bisa,” jelasnya.

Sejauh ini, sedikitnya 16 petugas KPPS meninggal dunia. Jumlah korban terbanyak adalah di Jawa Barat yang mencapai 12 orang. Adapun empat lainnya di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur.

Ketua Komisi Pemilihan Umum ( KPU) Provinsi Jawa Barat, Rifqi Alimubarok, mengatakan, waktu penghitungan yang memakan waktu lama menjadi penyebab utama. Menurut Rifqi, para petugas KPPS kelelahan lantaran rata-rata penghitungan suara baru selesai pukul 05.00 pagi. Apalagi satu hari sebelumnya, mereka harus menyiapkan tempat pemungutan suara dan logistik.

“Berdasarkan hasil pantauan di lapangan rata-rata itu selesai jam 5 pagi, bahkan ada yang berlanjut sampai jam 12 siang. Karena belum selesai menyalin hasil formulir yang cukup banyak. Dan itu kan tanpa jeda, apalagi kemudian mereka kebanyakan mempersiapkan TPS di H-1 jadi, otomatis kan kelelahan,” ungkap Rifqi, Sabtu (20/4) kepada Kompas.com.

Faktor kelelahan itu, kata Rifqi, menyebabkan banyak petugas yang terbaring sakit setelah pemungutan suara. “Kan ada lima jenis pemilihan, berarti lima jenis formulir C1. Itu banyak itemnya hampir 20-30 lembar. Kali saksi 16 partai, kali DPD, tambah pengawas TPS untuk Bawaslu. jadi Kalau komplit semua misalkan ada 50 set manual,” tambah Rifqi.

‘Mohon disederhanakan’

Penuturan Ketua Komisi Pemilihan Umum ( KPU) Provinsi Jawa Barat, Rifqi Alimubarok, diamini Rudi Tauri dan Painen, petugas KPPS di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Kepada BBC News Indonesia, mereka mengaku harus menyiapkan TPS dan berbagai perangkat mencoblos pada Selasa, 16 April 2019. Adapun pada hari-H, seluruh petugas KPPS mesti merekapitulasi suara untuk pilpres dan pileg dari pukul 13.00 hingga pukul 05.00 keesokan harinya.

“Banyak sekali yang harus kami isi pada formulirnya. Ditambah menghitung suara, jadinya ruwet sekali,” kata Rudi. “Untuk ke depannya mohon prosedurnya disederhanakan. Akan sangat memakan waktu,” timpal Painen. Setelah rampung merekapitulasi kertas suara yang dituangkan dalam formulir C1, seluruh kertas suara dibawa ke tempat penampungan sementara di kelurahan. Setelah itu, surat suara dibawa ke tingkat kecamatan.

Berdasarkan informasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahapan rekapitulasi mulai dari tingkat TPS hingga nasional dibagi menjadi lima tahapan: 17 – 18 April : Penghitungan surat suara di TPS. 18 April – 4 Mei : Penghitungan tingkat kecamatan. 22 April – 7 Mei : Penghitungan tingkat kabupaten/kota. 22 April – 12 Mei : Penghitungan tingkat provinsi. 25 April – 22 Mei : Penghitungan dan pengumuman surat suara tingkat nasional.

Sumber: BBC News Indonesia