
TANJUNG REDEB.NIAGA.ASIA — Rumah Coklat Kulanta, sentral produksi kakao yang berada di Kampung Labanan Makarti, Kecamatan Teluk Bayur, Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) dalam setahun beromzet hingga Rp150 juta per tahun.
Adapun beberapa jenis produk turunan kakao yang dijual yakni cokelat bubuk, cokelat batangan, kukis dan keripik pisang cokelat dengan harga yang ramah di kantong.
Pada hari kedua Training of Trainers (ToT) Wartawan Kaltim, Kamis 24 Juli 2025, sebanyak 16 wartawan berkesempatan mengunjungi Rumah Coklat Kulanta.
Rumah Coklat Kulanta sendiri merupakan unit usaha masyarakat desa setempat yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Surya Jaya Abadi Labanan Makarti, sejak Oktober 2022 lalu.

Direktur BUMDes Surya Jaya Abadi Labanan, Dea Nurwana Solihin mengingat kembali awal mula berdirinya Rumah Coklat Kulanta.
Dia bercerita, produksi cokelat di Kampung Labanan Makarti ini berasal dari pelatihan pembuatan produk turunan kakao yang diadakan oleh Pejuang Sigap Sejahtera Kabupaten Berau pada 10-11 Oktober 2022 lalu, menggandeng masyarakat perempuan atau ibu-ibu di Kampung Labanan Makarti.
“Pada pelatihan itu, ibu-ibu setempat dilatih untuk memproduksi bahan biji kakao menjadi berbagai produk turunan kakao yakni cokelat bubuk, cokelat batang, kukis dan keripik pisang coklat,” kata Dea.
Pelatihan tersebut menjadi titik balik bagi kalangan perempuan dan ibu rumah tangga yang sehari-hari juga bertani. Para perempuan desa setempat ini dilatih mengubah biji kakao menjadi beragam produk bernilai ekonomis. Mulai dari cokelat bubuk, hingga keripik pisang cokelat.

“Melihat potensi yang ada, kita kawal dan dampingi, agar produk yang mereka hasilkan ini dapat kita bantu sistem pemasarannya dan legalitasnya,” ujar Dea.
Proses pendampingan intensif ini ternyata membuahkan hasil. Dari awalnya sekadar usaha kecil perkampungan, kini tumbuh menjadi unit usaha UMKM yang diakuisisi oleh BUMDes Surya Jaya Abadi pada tahun 2024.
“Awalnya mesinnya hanya skala rumah tangga, pakai wajan dan kompor. Ini coba kita fasilitasi ketika mereka gabung dalam BUMDes. Kita minta alat mesin canggih, ke (Pemerintah) Kabupaten Berau dan perusahaan sekitar melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility)-nya,” jelasnya.
Dijelasjan Dea, terkait bahan baku dasar biji kakao didapatkan dari petani di Kampung Labanan Makarti maupun di Berau Cocoa di Jalan Ebony Rinding, Teluk Bayur, Kabupaten Berau.

“Saat ini untuk bahan baku yang digunakan dalam seminggu menghabiskan 50 kg biji kakao,” sebut Dea.
Dengan pegawai produksi sebanyak 10 orang, Rumah Coklat Kulanta mampu memproduksi bubuk cokelat 50 kg per hari, 50 cokelat batang per hari, 100 kukis, dan 80 keripik pisang cokelat, dengan pendapatan bersih dalam setahun mencapai Rp150 juta.
Proses produksi tiga jenis produk cokelat itu dapat dikerjakan dalam waktu 6 jam. Mulai jam 09.00-15.00 Wita. Mulai dari menyangrai biji cokelat, pembuatan pasta cokelat, hingga menjadikannya berbagai produk olahan cokelat.
Produk-produk Rumah Coklat Kulanta ini di pasarkan melalui Pusat Oleh-oleh dan Cafe, Rumah Kemas Batiwakkal berada di Jalan Pemuda, Tanjung Redeb.

“Alhamdulillah saat ini Rumah Coklat Kulanta sudah terkenal. Omzet saat ini per tahun bisa 150 jutaan,” ungkap Dea.
Selain itu, Rumah Coklat Kulanta juga menerima pesanan suvenir dalam jumlah banyak, untuk mendukung kegiatan kedinasan Kabupaten Berau dan merambah ranah daring melalui melalui sosial media instagram @rumahcoklatkulanta dan marketplace atau pasar daring di Facebook dan Shopee.
Harga yang dipasarkan pun beraneka ragam mulai dari Rp40 ribu per buah cokelat batang, kukis Rp30 ribu, banana cokelat Rp18 ribu per 100 gr, cokelat bubuk Rp300 ribu per kilogram.

Masih dijelaskan Dea, untuk pemasaran produk Rumah Coklat Kulanta ini lebih dikenal secara luas, Bank Indonesia Provinsi Kaltim hadir ikut medampingi proses penjualannya.
“Terima kasih Bank Indonesia yang mendampingi kami agar produk kita bisa ekspor (menjual ke luar daerah),” terang Dea.
BUMDes Surya Jaya Abadi juga memiliki unit usaha lain yang inovatif, yaitu Sekolah BUMDes yang ingin belajar manajemen usaha. Sekolah BUMDes ini mencakup kegiatan masyarakat umum dan perangkat desa.
“Ketika mereka datang ingin belajar di BUMDes, kita fasilitasi. Nanti dananya untuk pengembangan desa yang dikelola BUMDes,” demikian Dea Nurwana Solihin.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi | Adv Diskominfo Kaltim
Tag: Bank IndonesiaBerauBI KaltimKaltimKisah InspiratifRumah Coklat KulantaUMKM