BI : Perekonomian Kaltara Tumbuh di Atas Pencapaian Nasional

Kepala Perwakilan BI Kaltara Hendik Sudaryanto (tengah) didampingi dua narasumber dalam acara Capacity Building Wartawan Ekonomi dan Bisnis Kaltara di Yogyakarta, Sabtu (9/11) kemarin. (Foto : Niaga Asia)

TARAKAN.NIAGA.ASIA – Pertumbuhan ekonomi provinsi Kalimantan Utara tahun 2019 berada di jalur positif. Tercatat di triwulan I ekonomi Kaltara tumbuh 7 persen, dan triwulan II 7,8 persen.

“Tapi di triwulan ketiga, turun menjadi 6,3 persen,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltara, Hendik Sudaryanto, dalam paparannya saat membuka acara Capacity Building Wartawan Ekonomi dan Bisnis Kaltara, di Yogyakarta, Sabtu (9/11).

Hendik menerangkan, di triwulan IV ini, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kaltara kembali berada di atas 7 persen. Menyinggung penyebab terjadinya penurunan pada triwulan III, menurut Hendik, dipicu anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kaltara yang belum optimal.

Hal ini juga terbukti dari sisi penyerapan uang rakyat tersebut, yang baru terealisasi 40 persen. Termasuk, proyek nasional di bidang infrastruktur yang akan dilakukan di akhir periode ini.

Pun demikian, Kaltara masih berada di atas pencapaian ekonomi nasional dengan persentase 5,1 persen. “Secara nasional kita berada di atasnya, tapi se-Kalimantan di luar perkiraan. Kaltara di bawah Kaltim, dengan persentase 6,9 persen. Padahal sebelumnya di Kalimantan, Kaltara itu tertinggi loh,” ujarnya.

Info grafis pertumbuhan ekonomi provinsi Kalimantan Utara (sumber : BI Kaltara)

Sektor Batubara Punya Andil Terbesar

Kendati ekonomi secara global, Indonesia tengah dibayangi perang dagang China dan Amerika Serikat, namun tidak berdampak signifikan untuk sektor produksi batubara yang berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi di Pulau Kalimantan. Terutama, di Kaltim dan Kaltara.

Di Kaltara misalnya, 26 persen dari pertumbuhan ekonomi sepanjang 2019 dikuasai sektor batubara. Bahkan, sektor tambang ini juga memberikan sumbangsih terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Kalimantan, dimana 50 persenya berasal dari Kaltim.

“Kalau di daerah lain (luar Kalimantan) yang menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonominya adalah industri pengolahan, pertanian, perdagangan perhotelan dan restoran,” sebut Hendik.

“Tapi khusus di Kaltara, karena provinsi baru dan berada di perbatasan, konstruksi menjadi penyumbang tiga besar selain batubara dan pertanian. Kalau batubara ini harganya anjlok, pasti pertumbuhan kita (Kaltara) turun dengan asumsi sektor lainnya tidak digerakkan,” jelas Hendik.

Jika sudah demikian, lanjut Hendik, sebagai daerah baru, Kaltara masih dapat tertolong dari sektor konstruksi pembangunan jalan yang relatif kecil dimiliki daerah lain. Sisi lain, jasa perhotelan, restoran dan industri pengolahan, juga harus digarap maksimal.

“Kalau dua sektor ini dioptimalkan dengan maksimal, maka lambat laun akan dapat mengurangi porsi-porsi batubara itu. Karena batubara beberapa tahun lagi diprediksi akan habis. Buktinya di Kaltim sudah mulai merasakannya,” bebernya.

Sehingga saat ini Kaltim mulai bergerak dalam mengembangkan sektor perdagangan, dan indusrtri pengolahan. (003)