BI: Prospek Ekonomi Kaltim Tahun 2019 Semakin Membaik

aa
Faktor-faktor yang berpeluang memacu pertumbuhan dan yang memperlambat ekonomi Kaltim tahun 2019.

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Bank Indonesia (BI) memperkirakan propspek ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) tahun 2019 akan semakin membaik dengan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dan stabilitas ekonomi yang tetap terjaga. BI mencatat beberapa peluang peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim yang bersumber dari domestik maupun eksternal.

Dari sisi domestik, optimalisasi kebijakan B20 (20% campuran solar dari CPO), akselarasi sektor industri pengolahan dan tahap konstruksi pewrluasan kapasitas kilang minyak (RDMP) di Kota Balikpapan merupakan faktor (upside risk) bagi ekonomi Kaltim.

Dari sisi eksternal, potensi permintaan LNG dari Tiongkok dan batubara dari India akan mendukung pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2019. Selain itu, beberapa sektor atau komoditas yang potensial dikembangkan di Kaltim, seperti Pariwisata (Kepulauan Derawan) dan sektor perikanan (tambak udang), diperkirakan juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi Kaltim.

Hal itu dikemukakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur, Muhamad Nur ketika berbicara di Forum Tahunan Bank Indonesia Provinsi Kaltim Tahun 2018 di Kantor BI Kaltim di Samarinda, 18 Desember 2018 yang dihadiri Gubernur Kaltim, H isran Noor dan Wakil Gubernur Kaltim, H Hadi Mulyadi, walikota dan bupati se-Kaltim, Pimpinan Instansi Vertikal dan Organisasi Perangkat daerah, Kepala Otorotas Jasa Keuangan dan Kepala Perwakilan BI Balikpapan, Pimpinan Perbankan, Pelaku Usaha, Akademisi, dan Media Cetak dan Eleketronik.

Inilah Dukungan Bank Indonesia Terhadap Pembangunan Ekonomi Kaltim

Inilah Syarat Memperkuat dan Mendorong Perekonomian Kaltim 2019

Geliat Ekonomi Kaltim 2018: Tumbuh Terbatas pada Kisaran 1,8-2,2%

Menurut Muhamad Nur, sejalan dengan hal tersebut, ekonomi Kaltim tahun 2019 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018, yakni tumbuh pada kisran 2,0-2,4% (yoy) yang didorong oleh peningkatan konsumsi swasta dan pemerintah serta perbaikan kinerja perdagangan luar negeri Kaltim. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan tetap meningkat hingga mencapai kisaran 5,0-5,4% yang juga ditopang oleh kuatnya permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi,” kata Nur.

Meski prospek ekonomi Kaltim 2019 disebutkan semakin membaik, tapi Muhamad Nur juga bersama di tahun 2019. Resiko-resiko tersebut antar lain, perlambatan kinerja sektor konstruksi seiring dengan pengerjaan proyek infrastruktur pemerintah dalam bentuk multi years contrac (MYC) yang sudah memasuki tahap akhir, penurunan kinerja swasta sebelum Pilpres dan Pileg  2019, natural declining (penurunan alami)  produksi Blok Migas di Kaltim, tren penurunan harga komoditas di pasar internasional serta kebijakan perdagangan Tiongkok.

Sementara inflasi tahun 2019, Nur memperkirakan tetap terkendali pada kisaran sasaran 3,5%+1% dengan terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan, volatile foods dan administered prices, ekspektasi inflasi, dan stabilnya nilai tukar Rupiah. (001)